MOSKOW, KOMPAS.TV - Federasi Rusia memperingatkan kans keterlibatan Moskow jika eskalasi Serbia-Kosovo berujung konflik bersenjata dan NATO ikut campur. Hal tersebut disampaikan anggota Dewan Federasi Rusia, Vladimir Dzhabarov pada Senin (1/8/2022).
Tensi Serbia-Kosovo sendiri memanas sejak akhir pekan lalu. Alasannya, etnis Serb di Kosovo tak terima kebijakan plat dan kartu identitas negara itu.
Pemerintah Kosovo berencana mewajibkan plat nomor dan kartu identitas Kosovo bagi etnis Serb yang masuk dari Serbia. Warga yang hanya membawa plat nomor dan kartu identitas Serbia akan dilarang masuk.
Kebijakan itu rencananya akan diberlakukan pada 1 Agustus 2022. Namun, menyusul kerusuhan yang terjadi, Pristina menangguhkan kebijakan itu hingga 1 September mendatang.
Pada Minggu (31/7), tensi memanas di wilayah utara Kosovo, dekat perbatasan Serbia. Etnis Serb merusuh dengan memblokade jalanan, membunyikan sirene serangan udara, serta membuat rentetan tembakan peringatan.
Baca Juga: Serbia-Kosovo Memanas! Dipicu Kebijakan Plat Nomor dan Kartu Identitas Etnis Serb
Dzhabarov menilai eskalasi ini rentang berujung konflik bersenjata. Apalagi, Presiden Serbia Aleksandar Vucic telah memberi peringatan tegas dengan mengunjungi markas Angkatan Bersenjata Serbia usai merilis pernyataan yang mengecam aksi Kosovo.
“Ini sangat berbahaya, ini ada di tengah Eropa. Dan segalanya bisa berakhir dengan cara yang sangat menyedihkan karena pasukan NATO diposkan di sana (Kosovo), kata Dzhabarov kepada RIA Novosti via RT.
NATO sendiri memimpin misi penjaga perdamaian di Kosovo dengan kekuatan sekitar 3.800 tentara dari 28 negara. Misi penjaga perdamaian pimpinan NATO ini didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dan sejumlah negara lain.
Pada 1999 silam, intervensi militer NATO menghentikan serangan brutal Serbia terhadap separatis etnis Albania di Kosovo. Negara ini pun kemudian mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008.
Serbia sendiri masih mengklaim Kosovo sebagai salah satu provinsinya dengan nama Provinsi Otonom Kosovo dan Metohija.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.