Kompas TV internasional kompas dunia

Pemimpin Geng di Haiti Bantai Lansia, Diduga Balas Dendam Kematian Anaknya

Kompas.tv - 10 Desember 2024, 09:42 WIB
pemimpin-geng-di-haiti-bantai-lansia-diduga-balas-dendam-kematian-anaknya
Seorang polisi Kenya, bagian dari pasukan multinasional yang didukung PBB, berpatroli di jalan di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 5 Desember 2024. (Sumber: AP Photo/Odelyn Joseph)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Deni Muliya

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV – Pemimpin geng yang menguasai salah satu pelabuhan utama di Haiti dituduh melakukan pembantaian terhadap lebih dari 100 orang, termasuk lansia dan pemuka agama Vodou.

Aksi keji ini diduga sebagai bentuk balas dendam atas kematian anaknya yang sakit parah.  

Menurut pemerintah Haiti dan sejumlah organisasi hak asasi manusia, pembantaian ini terjadi di lingkungan Cité Soleil, Port-au-Prince, salah satu kawasan yang dikuasai oleh geng bersenjata.

Dalam pernyataan yang dirilis Senin (9/12/2024), pemerintah mengecam tindakan yang disebut sebagai "kebiadaban tak terperi" tersebut dan berjanji untuk menyeret pelaku ke pengadilan.  

Dilansir dari The Associated Press, pemimpin geng yang dikenal dengan nama Micanor Altès alias Monel Felix alias Wa Mikanò, dituding menargetkan para lansia dan pemuka agama Vodou di komunitas tersebut. 

Berdasarkan laporan, kemarahan Micanor dipicu oleh kematian anaknya yang sakit parah.

Ia menuduh para korban melakukan sihir hitam yang menurutnya, menyebabkan penyakit tersebut.  

Cooperative for Peace and Development, sebuah organisasi hak asasi lokal mengungkapkan, Micanor secara kejam menghukum semua lansia dan pemuka agama Vodou yang dianggap mampu melemparkan kutukan.

Sementara itu, para korban lain, termasuk warga yang mencoba menyelamatkan mereka juga dieksekusi di markas geng.  

PBB mencatat setidaknya 184 orang tewas antara 6 hingga 8 Desember di kawasan Wharf Jérémie, salah satu wilayah yang dikuasai geng. 

Namun, data ini sulit diverifikasi karena akses ke daerah tersebut sangat terbatas akibat kendali geng.  

Baca Juga: AS Larang Maskapainya Terbang ke Haiti Setelah Insiden Penembakan Pesawat di Bandara

Kelompok National Human Rights Defense Network melaporkan, korban mencakup setidaknya 20 lansia dan pemuka agama Vodou.

Beberapa organisasi masyarakat sipil menduga jumlah korban lebih dari 100 jiwa.  

Kejadian ini menambah panjang daftar kekerasan geng di Haiti.

Dua bulan lalu, lebih dari 70 orang dilaporkan tewas dalam konflik perebutan wilayah di Pont-Sondé. 

Kekerasan tersebut telah membuat kepolisian Haiti kewalahan, meskipun mereka didukung misi internasional yang dipimpin polisi Kenya.  

Human Rights Watch, dalam laporannya menyoroti situasi yang semakin memburuk di Haiti.

Menurut laporan PBB, lebih dari 4.500 orang telah tewas akibat kekerasan sepanjang tahun 2024.

“Krisis di Haiti telah mencapai tingkat yang mengerikan. Banyak warga hidup dalam ketakutan akan pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, atau perekrutan paksa meskipun mereka berjuang setiap hari untuk mendapatkan makanan, air, dan perawatan kesehatan yang cukup untuk bertahan hidup,” ungkap organisasi tersebut.  

Agama Vodou, yang menggabungkan kepercayaan Katolik dengan animisme, merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Haiti. 

Tradisi ini telah menjadi rujukan spiritual bagi masyarakat, termasuk dalam mencari nasihat medis.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemuka agama Vodou kerap menjadi sasaran kekerasan.  

“Micanor sebelumnya juga pernah menargetkan pemuka Vodou, membunuh beberapa perempuan lansia yang dituduh melakukan sihir,” tulis Cooperative for Peace and Development. 

Baca Juga: Pesawat Ditembaki karena Perang Antar Geng, Bandara Utama Haiti Ditutup




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x