Kelompok National Human Rights Defense Network melaporkan, korban mencakup setidaknya 20 lansia dan pemuka agama Vodou.
Beberapa organisasi masyarakat sipil menduga jumlah korban lebih dari 100 jiwa.
Kejadian ini menambah panjang daftar kekerasan geng di Haiti.
Dua bulan lalu, lebih dari 70 orang dilaporkan tewas dalam konflik perebutan wilayah di Pont-Sondé.
Kekerasan tersebut telah membuat kepolisian Haiti kewalahan, meskipun mereka didukung misi internasional yang dipimpin polisi Kenya.
Human Rights Watch, dalam laporannya menyoroti situasi yang semakin memburuk di Haiti.
Menurut laporan PBB, lebih dari 4.500 orang telah tewas akibat kekerasan sepanjang tahun 2024.
“Krisis di Haiti telah mencapai tingkat yang mengerikan. Banyak warga hidup dalam ketakutan akan pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, atau perekrutan paksa meskipun mereka berjuang setiap hari untuk mendapatkan makanan, air, dan perawatan kesehatan yang cukup untuk bertahan hidup,” ungkap organisasi tersebut.
Agama Vodou, yang menggabungkan kepercayaan Katolik dengan animisme, merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Haiti.
Tradisi ini telah menjadi rujukan spiritual bagi masyarakat, termasuk dalam mencari nasihat medis.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemuka agama Vodou kerap menjadi sasaran kekerasan.
“Micanor sebelumnya juga pernah menargetkan pemuka Vodou, membunuh beberapa perempuan lansia yang dituduh melakukan sihir,” tulis Cooperative for Peace and Development.
Baca Juga: Pesawat Ditembaki karena Perang Antar Geng, Bandara Utama Haiti Ditutup
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.