Kompas TV internasional kompas dunia

Tokoh Kelas Berat Dunia Hadiri KTT Prakarsa Sabuk dan Jalan China di Beijing, Ada Putin dan Jokowi

Kompas.tv - 18 Oktober 2023, 03:05 WIB
tokoh-kelas-berat-dunia-hadiri-ktt-prakarsa-sabuk-dan-jalan-china-di-beijing-ada-putin-dan-jokowi
Presiden Indonesia Joko Widodo terlihat bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT Belt and Road atau prakarsa Sabuk dan Jalan di Beijing, Selasa (17/10/2023). Forum ini menghadirkan tokoh-tokoh kelas berat dunia ke Beijing, termasuk sedikitnya 20 kepala negara dan pemerintahan, kebanyakan dari pasar-pasar berkembang. (Sumber: Instagram/@jokowi)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Partisipasi Orban sebagai satu-satunya pemimpin Uni Eropa dalam acara ini berbeda dengan edisi forum tahun 2019 ketika Perdana Menteri Italia saat itu, Paolo Gentiloni, menghadiri forum tersebut ketika Italia secara resmi bergabung dengan inisiatif ini.

Italia tahun ini menyatakan niatnya untuk keluar dari skema ini karena proyek-proyek infrastruktur yang didukung China tidak terwujud, sementara defisit perdagangan Italia dengan China telah lebih dari dua kali lipat, menjadi 48 miliar euro sejak 2019.

Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe

Sri Lanka, bersama dengan Zambia, adalah salah satu negara yang gagal membayar utang mereka kepada China dan pemberi utang internasional lainnya.

Mantan presiden negara tersebut, Gotabaya Rajapaksa, mundur Juli 2022 setelah protes atas inflasi yang melonjak dan krisis ekonomi yang parah.

Sri Lanka mengakses pembiayaan China untuk membangun jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik batu bara, mengakumulasi utang sebesar $7 miliar. Sebagai bagian dari upaya untuk membayar kepada Beijing, Colombo menyerahkan kendali pelabuhan strategis kepada China, yang sering dikutip oleh para kritikus BRI sebagai contoh "perangkap utang" China.

Minggu lalu, Sri Lanka mencapai kesepakatan dengan Bank Ekspor-Impor China untuk menutupi sekitar $4,2 miliar utang tersebut sebagai bagian dari rencana restrukturisasi yang lebih luas melibatkan kesepakatan dengan kreditor internasional lainnya termasuk India dan Jepang.

Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, yang menjabat tahun lalu, menghadiri forum ini sebagai bagian dari kunjungan resmi pertamanya ke China. Dia diharapkan akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Xi Jinping.

Baca Juga: Detik-Detik Jokowi Bertolak ke China Hadiri KTT Belt and Road Initiative

Presiden Kenya William Ruto saat tiba di Beijing hari Minggu, (15/10/2023) menghadiri KTT Belt and Road. Forum ini menghadirkan tokoh-tokoh kelas berat dunia ke Beijing, termasuk sedikitnya 20 kepala negara dan pemerintahan, kebanyakan dari pasar-pasar berkembang. (Sumber: China Daily)

Presiden Kenya William Ruto

Salah satu proyek kunci BRI di Afrika adalah Kereta Api Mombasa-Nairobi, sepanjang 592 kilometer yang menghubungkan pelabuhan terbesar Kenya dengan ibu kotanya.

Dibuka pada tahun 2017, China mengeklaim proyek ini sebagai kisah sukses, mengatakan proyek ini mendukung pertumbuhan ekonomi Kenya.

Namun, pekerjaan pada bagian kedua jalur kereta api, yang seharusnya mencapai Uganda, terhenti setelah Kampala menarik diri dan memilih kerja sama dengan perusahaan Turki.

Kenya punya utang sekitar $6 miliar kepada China, menurut data nasional. Presiden William Ruto diharapkan akan menjelajahi opsi pembiayaan untuk bagian sisanya dari jalur kereta api selama KTT Belt and Road.

Presiden Argentina Alberto Fernandez

Presiden Argentina Alberto Fernandez juga tiba di Beijing pada Selasa. Argentina adalah salah satu negara yang bergabung dengan BRI relatif baru, tahun 2022, mencari investasi China di bidang perkeretaapian, energi nuklir, tenaga surya dan air, pertanian, dan infrastruktur digital.

Argentina telah meminta China untuk sepenuhnya mendanai pembangunan pembangkit listrik nuklir senilai $8,3 miliar.

Fokus China di Amerika Latin terletak pada teknologi hijau dan ekstraksi mineral, menurut para ahli.

Perusahaan-perusahaan China terlibat dalam puluhan proyek ekstraksi litium di Argentina dan Chile, menurut penelitian oleh Facultad Latinoamericana de Ciencias Sociales di Buenos Aires.


 

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x