DUBAI, KOMPAS.TV — Seorang jenderal Iran hari Senin, (28/11/2022) mengakui ada lebih dari 300 orang tewas dalam kerusuhan seputar protes nasional atas tewasnya Mahsa Amini.
Jenderal yang tidak disebutkan namanya itu, memberikan pernyataan resmi pertama tentang korban dalam dua bulan terakhir.
Seperti laporan Associated Press, Selasa, (29/11/2022), perkiraan itu jauh lebih rendah daripada jumlah korban yang dilaporkan oleh Aktivis Hak Asasi Manusia di Iran, sebuah kelompok yang berbasis di AS, yang melacak dengan cermat protes sejak kematian Mahsa Amini, seorang perempuan muda setelah ditahan polisi moral negara itu pada 16 September lalu.
Kelompok aktivis itu mengatakan 451 pengunjuk rasa dan 60 pasukan keamanan tewas sejak awal kerusuhan dan lebih dari 18.000 orang telah ditahan.
Protes dipicu oleh kematian Mahsa Amini, 22 tahun, yang ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat Republik Islam tersebut.
Tak pelak, peristiwa itu dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi Iran dan menimbulkan salah satu tantangan paling serius bagi para ulama yang berkuasa sejak revolusi 1979 yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan.
Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan divisi kedirgantaraan Pengawal Revolusi paramiliter, dikutip oleh sebuah situs web yang dekat dengan pengawal tersebut mengatakan, lebih dari 300 orang tewas, termasuk "martir", yang tampaknya merujuk pada pasukan keamanan.
Baca Juga: Dua Artis Terkenal Iran Ditahan, Akibat Terang-terangan Dukung Demonstrasi Anti-Pemerintah
Dia juga menyebutkan banyak dari mereka yang terbunuh adalah orang Iran biasa yang tidak terlibat dalam protes.
Dia tidak memberikan angka pasti atau mengatakan dari mana perkiraannya berasal.
Tapi yang jelas, pihak berwenang Iran sangat membatasi liputan media tentang protes tersebut.
Media yang terkait dengan negara belum melaporkan jumlah korban secara keseluruhan dan sebagian besar berfokus pada serangan terhadap pasukan keamanan, yang menurut para pejabat dilakukan oleh kelompok militan dan separatis bayangan.
Hajizadeh menegaskan kembali klaim resmi bahwa protes dipicu oleh musuh Iran, termasuk negara-negara Barat dan Arab Saudi, tanpa memberikan bukti.
Para pengunjuk rasa mengatakan mereka muak setelah puluhan tahun represi sosial dan politik, dan menyangkal memiliki agenda asing.
Baca Juga: Salahkan Asing atas Kerusuhan Massal, Iran Ancam Luncurkan Serbuan Militer ke Irak
Protes menyebar ke seluruh negeri dan mendapat dukungan dari seniman, atlet, dan tokoh masyarakat lainnya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.