Kerusuhan bahkan membayangi Piala Dunia 2022 di Qatar, dengan beberapa orang Iran secara aktif mendukung tim nasional mereka sendiri sambil membawa bendera Iran dan potret Mahsa Amini.
Keponakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei baru-baru ini meminta publik menekan pemerintah mereka untuk memutuskan hubungan dengan Teheran atas penindasan kekerasan terhadap demonstrasi.
Dalam sebuah video yang diposting online oleh saudara laki-lakinya yang berbasis di Prancis, Farideh Moradkhani mendesak "rakyat dunia yang berhati nurani" untuk mendukung pengunjuk rasa Iran.
Video tersebut dibagikan secara online minggu ini setelah laporan penangkapan Moradkhani pada 23 November, menurut kelompok aktivis tersebut.
Moradkhani adalah seorang aktivis lama yang mendiang ayahnya adalah seorang tokoh oposisi yang menikah dengan saudara perempuan Khamenei dan merupakan anggota terdekat dari keluarga pemimpin tertinggi yang ditangkap.
Baca Juga: Demonstrasi Iran Kian Agresif, Rumah Ayatollah Khomeini Dibakar
Cabang keluarga telah menentang Khamenei selama beberapa dekade dan Moradkhani telah dipenjara pada kesempatan sebelumnya karena aktivismenya.
"Saya meminta orang-orang yang berhati nurani di dunia untuk mendukung kami dan meminta pemerintah mereka untuk tidak bereaksi dengan kata-kata dan slogan kosong tetapi dengan tindakan nyata dan menghentikan segala urusan dengan rezim ini," katanya dalam pernyataan videonya.
Protes, yang sekarang masuk bulan ketiga, terus berlanjut meskipun tindakan brutal oleh pasukan keamanan Iran menggunakan peluru tajam, peluru karet dan gas air mata.
Iran menolak bekerja sama dengan misi pencarian fakta yang baru-baru ini ditetapkan oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
"Republik Islam Iran tidak akan terlibat dalam kerja sama apa pun, dengan komite politik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani, Senin, (28/11/2022)
Baca Juga: Iran Semakin Membara, Para Demonstran Serang Gedung Pemerintahan
Dalam perkembangan terpisah, Iran membebaskan seorang warga negara ganda Iran-Austria berusia 76 tahun dari penjara karena alasan kesehatan, Austria Press Agency (APA) melaporkan.
APA mengutip Kementerian Luar Negeri Austria yang mengonfirmasi bahwa Massud Mossaheb diberikan cuti medis tanpa batas waktu.
Kementerian mengatakan "upaya diplomatik intensif" telah menyebabkan pembebasannya, yang pertama kali dilaporkan oleh harian Austria Die Presse. Tidak ada komentar segera dari Iran.
Mossaheb ditangkap atas dugaan spionase pada awal 2019 saat berkunjung ke ibu kota Teheran, dan kemudian dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Dia harus tetap di Iran dan melapor ke pihak berwenang setiap minggu, APA melaporkan.
Iran menahan beberapa orang dengan kewarganegaraan ganda dalam beberapa tahun terakhir dengan tuduhan mengancam keamanan nasional.
Analis dan kelompok HAM menuduh kelompok garis keras di badan keamanan Iran menggunakan tahanan asing sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi atau pertukaran tahanan dengan Barat, yang dibantah Teheran.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.