JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada Selasa (3/5/2022) mengatakan Eropa mengalami 1,2 juta kematian setiap tahun terkait epidemi kelebihan berat badan dan obesitas, menyerukan perubahan kebijakan cepat untuk membalikkan tren berbahaya tersebut.
Seperti dilaporkan France24, Selasa (3/5), dalam sebuah laporan baru dan terkait dengan serangkain kanker dan penyakit kardiovaskular, WHO menjelaskan tingkat obesitas di Eropa menggelembung sebesar 138 persen dalam lima dekade terakhir.
Menurut WHO, hampir satu dari empat orang dewasa sekarang mengalami obesitas di Eropa, lebih tinggi daripada di wilayah lain mana pun kecuali Amerika.
"Tingkat kelebihan berat badan dan obesitas mencapai proporsi epidemi di seluruh wilayah dan masih meningkat," kata kantor badan kesehatan Eropa.
"Indeks massa tubuh yang meningkat merupakan faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular, termasuk kanker dan penyakit kardiovaskular," kata Direktur Regional WHO Hans Kluge.
Kluge menjelaskan, obesitas menyebabkan setidaknya 13 jenis kanker yang berbeda dan kemungkinan bertanggung jawab atas setidaknya 200.000 kasus baru kanker per tahun.
"Angka ini akan meningkat lebih lanjut di tahun-tahun mendatang," kata organisasi itu dalam laporan terbaru.
Kelebihan berat badan dan obesitas diperkirakan menyebabkan lebih dari 1,2 juta kematian per tahun, terhitung lebih dari 13 persen penyebab kematian di Eropa, tambahnya.
Baca Juga: Brasil Luncurkan Kampanye untuk Turunkan Tingkat Obesitas Anak
Data komprehensif terbaru yang tersedia dari 2016 menunjukkan 59 persen orang dewasa dan hampir satu dari tiga anak, yaitu 29 persen anak laki-laki dan 27 persen perempuan di Eropa kelebihan berat badan.
Pada tahun 1975, 40 persen orang dewasa Eropa kelebihan berat badan.
Prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa meningkat sebesar 138 persen sejak saat itu, dengan peningkatan 21 persen antara tahun 2006 dan 2016.
Pandemi Covid-19 juga terkait dengan lingkar pinggang yang bertambah, terutama karena lockdown mendorong "pola makan yang tidak sehat atau gaya hidup yang tidak banyak bergerak", menurut laporan tersebut.
Ini juga mengungkapkan risiko kesehatan lebih lanjut yang terkait dengan kelebihan berat badan.
"Orang yang hidup dengan obesitas lebih mungkin mengalami hasil yang parah dari spektrum penyakit Covid-19, termasuk penerimaan unit perawatan intensif dan kematian," kata Kluge.
Baca Juga: Mengenal Diabesitas, Perpaduan Diabetes dan Obesitas
Para penulis laporan juga mencatat penyebab obesitas jauh lebih kompleks daripada sekadar kombinasi pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
Faktor lingkungan yang unik untuk masyarakat modern Eropa yang sangat digital juga merupakan pendorong obesitas, katanya, termasuk pemasaran makanan tidak sehat dan game online, terutama di kalangan anak-anak.
WHO menyerukan perubahan kebijakan untuk mencegah obesitas dan mempromosikan gaya hidup sehat, seperti menerapkan pajak atas minuman manis, mensubsidi makanan sehat sambil membatasi pemasaran makanan tidak sehat kepada anak-anak.
"Intervensi kebijakan yang menargetkan determinan lingkungan dan komersial dari pola makan yang buruk di seluruh tingkat populasi, (punya) kemungkinan paling efektif untuk membalikkan epidemi obesitas," katanya.
Wilayah Eropa WHO terdiri dari 53 negara, termasuk beberapa negara di Asia Tengah.
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.