KABUL, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan duka cita kepada korban serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul yang menewaskan setidaknya 12 marinir Amerika Serikat dan puluhan warga sipil Afghanistan, seperti disiarkan secara langsung dari Gedung Putih dini hari, Jum'at, (27/08/2021).
Joe Biden juga menyampaikan pesan kepada dalang serangan bom bunuh diri, yaitu kelompok ISIS Khurasan, bahwa Amerika Serikat akan memburu mereka dengan seluruh kekuatan yang dimiliki Amerika Serikat.
Selain itu Joe Biden juga melontarkan ancaman yang membuat bergidik, yaitu Amerika Serikat akan membalas dengan serangan sangat mematikan terhadap kelompok ISIS tersebut, pada waktu, terhadap sasaran, dan dengan cara yang Amerika Serikat pilih.
“Kami tidak akan memberi maaf. Kami tidak akan melupakan. Kami akan buru, dan kalian akan membayar (perbuatan kalian)," tutur Biden dengan suara menahan emosi.
Joe Biden juga menegaskan operasi evakuasi akan berlangsung sesuai jadwal dan rencana, sementara dirinya dipastikan akan menyetujui apapun yang diperlukan militer AS sesuai permintaan dari para jenderal di lapangan.
Kelompok Negara Islam IS mengklaim bertanggung jawab atas serangan di bandara Kabul yang menewaskan setidaknya 12 tentara marinir Amerika Serikat, 15 tentara AS lainnya luka berat bersama puluhan warga sipil Afghanistan. Klaim itu datang dalam pesan yang diposting di saluran Telegram outlet berita mereka, seperti dilansir BBC, Jum'at, (27/08/2021).
Kelompok itu mengatakan salah seorang pembom bunuh diri, meledakkan diri dengan bahan peledak di antara pasukan Afghanistan dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul Tewaskan 60 Warga Afghanistan dan 12 Tentara AS
Para pejabat Pertahanan AS juga mengatakan mereka yakin gerilyawan regional ISIS bernama ISIS Khurasan berada di balik pengeboman itu.
Komandan tertinggi AS Jenderal Kenneth McKenzie memastikan 12 personel militer AS tewas dan 15 terluka, sementara puluhan warga sipil diyakini juga tewas.
Jenderal McKenzie dalam konferensi pers dengan Pentagon mengatakan, Otoritas militer Amerika Serikat percaya kelompok Negara Islam Khurasan (ISIS-K) berada di balik serangan itu dan ancaman serangan lebih lanjut adalah "sangat nyata".
Jenderal McKenzie mengatakan, serangan tersebut mungkin berbentuk bom bunuh diri yang dibawa kendaraan atau serangan roket.
Militer Amerika Serikat saat ini sedang berkoordinasi dan berbagi informasi dengan Taliban untuk mencegah pengulangan serangan di lokasi lain, dan Amerika Serikat meyakini kelompok Taliban telah mencegah beberapa serangan terjadi atas warga sipil dan tentara Amerika Serikat dari arah luar Bandara Kabul.
Selain itu, Jenderal McKenzie mengakui pernah terjadi serangan terhadap pesawat militer dan sipil yang keluar Afghanistan.
Baca Juga: Ledakan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul, PM Inggris Berjanji Tetap Lanjutkan Evakuasi
ISIS-Khurasan dituding menjadi pelaku penembakan terhadap pesawat yang mengudara meninggalkan Bandara Kabul namun tidak menghasilkan efek apa-apa, klaim militer Amerika Serikat.
Selain itu kelompok tersebut diyakini tidak memiliki kapasitas dan kemampuan menembak pesawat menggunakan peluru kendali portabel anti pesawat udara yang dipanggul personil militer (Manpad)
Jenderal McKenzie juga mengatakan, Pentagon sejauh ini belum melihat perlunya diterjunkan pasukan tambahan untuk mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai
Pengamanan perimiter Bandar Udara Kabul sudah ketat, diantaranya melalui pengawasan Drone dan sistem udara lainnya digunakan untuk memantau kejadian dan mencegah serangan lebih lanjut
Lebih lanjut komandan tertinggi militer AS di Timur Tengah itu mengatakan, sekitar 5.000 orang saat ini berada di dalam bandara menunggu untuk dievakuasi, 104.000 warga sipil telah dievakuasi dari Afghanistan, termasuk 66.000 orang dari AS dan 37.000 orang dari sekutu dan mitra Amerika Serikat.
Pengakuan Jenderal McKenzie atas kerjasama dengan Taliban atas kepentingan bersama untuk mencoba menghentikan serangan menyoroti bagaimana keadaan telah berubah.
Di satu sisi, ini menunjukkan Amerika Serikat terus merespons secara pragmatis karena mereka pada dasarnya kalah perang dan Taliban menang.
Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul, Jerman Akhiri Misi Evakuasi
Ini juga menunjukkan Taliban telah berubah karena mereka bersedia memiliki pengaturan akomodatif semacam ini dengan Amerika Serikat.
Kepentingan bersama yang dibicarakan oleh Jenderal McKenzie adalah, Amerika Serikat ingin semua orang mereka keluar pada akhir Agustus dan Taliban ingin Amerika Serikat pergi karena mereka ingin mengambil alih bandar udara Kabul.
Mereka juga menunggu Amerika Serikat keluar dari Afghanistan sebelum mengumumkan pemerintahan baru mereka.
Rumah sakit di Kabul dilaporkan menerima dan merawat sejumlah orang yang tewas dan terluka dalam ledakan kembar pada hari Kamis, (26/08/2021).
Di antara mereka adalah Pusat Bedah Kabul, yang dijalankan oleh badan amal medis internasional Darurat.
Kepala bangsal IGD Rossella Miccio tidak sedang berada di Afghanistan, tetapi dia mengatakan kepada BBC apa yang dialami staf rumah sakit pada siang hari.
Miccio mengatakan, "kami mulai menerima pasien 15 hingga 20 menit setelah ledakan pertama, diantaranya sekitar 60 orang terluka ditambah sekitar 10 orang tewas pada saat kedatangan."
"Dan mereka semua adalah warga sipil, warga sipil Afghanistan, wanita, pria, anak-anak yang mencoba mengungsi, jadi kami menduga ada lebih banyak korban tewas dan terluka karena kerumunan besar di luar bandara." tambah Miccio.
"Ada banyak kebingungan... Banyak orang di jalan-jalan. Orang-orang mencari kerabat, datang untuk menanyakan apakah salah satu anak perempuan atau laki-laki mereka dibawa ke rumah sakit kami karena kehilangan kontak.
"Jadi ini benar-benar situasi yang sangat menyedihkan dan putus asa," kata Miccio.
Sumber : Kompas TV/France24/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.