ISIS-Khurasan dituding menjadi pelaku penembakan terhadap pesawat yang mengudara meninggalkan Bandara Kabul namun tidak menghasilkan efek apa-apa, klaim militer Amerika Serikat.
Selain itu kelompok tersebut diyakini tidak memiliki kapasitas dan kemampuan menembak pesawat menggunakan peluru kendali portabel anti pesawat udara yang dipanggul personil militer (Manpad)
Jenderal McKenzie juga mengatakan, Pentagon sejauh ini belum melihat perlunya diterjunkan pasukan tambahan untuk mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai
Pengamanan perimiter Bandar Udara Kabul sudah ketat, diantaranya melalui pengawasan Drone dan sistem udara lainnya digunakan untuk memantau kejadian dan mencegah serangan lebih lanjut
Lebih lanjut komandan tertinggi militer AS di Timur Tengah itu mengatakan, sekitar 5.000 orang saat ini berada di dalam bandara menunggu untuk dievakuasi, 104.000 warga sipil telah dievakuasi dari Afghanistan, termasuk 66.000 orang dari AS dan 37.000 orang dari sekutu dan mitra Amerika Serikat.
Pengakuan Jenderal McKenzie atas kerjasama dengan Taliban atas kepentingan bersama untuk mencoba menghentikan serangan menyoroti bagaimana keadaan telah berubah.
Di satu sisi, ini menunjukkan Amerika Serikat terus merespons secara pragmatis karena mereka pada dasarnya kalah perang dan Taliban menang.
Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul, Jerman Akhiri Misi Evakuasi
Ini juga menunjukkan Taliban telah berubah karena mereka bersedia memiliki pengaturan akomodatif semacam ini dengan Amerika Serikat.
Kepentingan bersama yang dibicarakan oleh Jenderal McKenzie adalah, Amerika Serikat ingin semua orang mereka keluar pada akhir Agustus dan Taliban ingin Amerika Serikat pergi karena mereka ingin mengambil alih bandar udara Kabul.
Mereka juga menunggu Amerika Serikat keluar dari Afghanistan sebelum mengumumkan pemerintahan baru mereka.
Rumah sakit di Kabul dilaporkan menerima dan merawat sejumlah orang yang tewas dan terluka dalam ledakan kembar pada hari Kamis, (26/08/2021).
Di antara mereka adalah Pusat Bedah Kabul, yang dijalankan oleh badan amal medis internasional Darurat.
Kepala bangsal IGD Rossella Miccio tidak sedang berada di Afghanistan, tetapi dia mengatakan kepada BBC apa yang dialami staf rumah sakit pada siang hari.
Miccio mengatakan, "kami mulai menerima pasien 15 hingga 20 menit setelah ledakan pertama, diantaranya sekitar 60 orang terluka ditambah sekitar 10 orang tewas pada saat kedatangan."
"Dan mereka semua adalah warga sipil, warga sipil Afghanistan, wanita, pria, anak-anak yang mencoba mengungsi, jadi kami menduga ada lebih banyak korban tewas dan terluka karena kerumunan besar di luar bandara." tambah Miccio.
"Ada banyak kebingungan... Banyak orang di jalan-jalan. Orang-orang mencari kerabat, datang untuk menanyakan apakah salah satu anak perempuan atau laki-laki mereka dibawa ke rumah sakit kami karena kehilangan kontak.
"Jadi ini benar-benar situasi yang sangat menyedihkan dan putus asa," kata Miccio.
Sumber : Kompas TV/France24/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.