HERAT, KOMPAS.TV - Gadis-gadis muda Afghanistan yang mengenakan jilbab putih dan tunik hitam berdesakan di ruang kelas di kota Herat, Afghanistan barat, hanya beberapa hari setelah pengambilalihan oleh Taliban.
Saat sekolah membuka pintunya, para siswa bergegas menyusuri koridor dan mengobrol di halaman. Mereka tampaknya tidak menyadari gejolak yang melanda negara itu dalam dua minggu terakhir, seperti dilaporkan France24 yang mengutip AFP, Rabu, (18/08/2021).
Foto dan rekaman video peristiwa itu, banyak dikhawatirkan akan dilarang di bawah Taliban. Peristiwa itu direkam oleh juru kamera AFP minggu ini, hanya beberapa hari setelah petempur kelompok Taliban merebut kota Herat setelah runtuhnya pasukan pemerintah dan milisi lokal.
“Kami ingin maju seperti negara lain,” kata Roqia, seorang siswi.
"Dan kami berharap Taliban akan menjaga keamanan. Kami tidak menginginkan perang, kami menginginkan perdamaian di negara kami," imbuhnya.
Herat memiliki kedekatan geografis dengan perbatasan Iran, dan menjadi titik penting Jalur Sutra kuno. Berkat hal ini, kota Herat telah lama menjadi wilayah yang lebih kosmopolitan dibanding tempat-tempat lain yang lebih konservatif.
Banyak perempuan dan anak perempuan berjalan lebih bebas di jalanan, menghadiri sekolah dan perguruan tinggi di kota yang terkenal dengan puisi dan karya seninya itu.
Namun, masa depan jangka panjang Herat tetap belum pasti.
Baca Juga: Taliban Berjanji Menjunjung Tinggi Hak-hak Perempuan dan Keamanan Dibawah Pemerintahan Islam Taliban
Di bawah versi garis keras hukum syariah yang diberlakukan Taliban ketika mereka menguasai Afghanistan tahun 1990an, sebagian besar perempuan dan anak perempuan tidak diberi pendidikan dan pekerjaan.
Burkak atau burqa adalah wajib di depan umum, dan perempuan tidak bisa meninggalkan rumah tanpa pendamping dan muhrim pria.
Pencambukan dan eksekusi di depan umum, termasuk rajam karena perzinahan, dilakukan di alun-alun kota dan stadion.
Namun, masih banyak keraguan tentang apa yang terbentang di depan. Banyak pula hal lain yang masih dianggap belum jelas bagi kaum perempuan saat Taliban kini kembali berkuasa.
Di depan umum, Taliban berusaha untuk mendorong narasi bahwa mereka telah memperlunak beberapa posisi mereka yang dulu lebih ekstrim. Misalnya, saat Taliban mengumumkan pengampunan resmi untuk "semua orang" yang terlibat dalam perang yang diumumkan Selasa malam (17/8/2021).
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, Taliban "berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam". Hal itu pula diumumkan dalam konferensi pers resmi pertama kelompok itu di Kabul sejak Taliban merebut kembali kekuasaan pada Minggu (15/8/2021).
Baca Juga: Wali Kota Perempuan Afghanistan Siap Dibunuh, Taliban Justru Tawarkan Gabung Pemerintahan
Ditanya apa perbedaan antara gerakan yang digulingkan 20 tahun yang lalu dan Taliban hari ini, dia berkata: "Jika pertanyaannya didasarkan pada ideologi, dan kepercayaan, tidak ada perbedaan... Tetapi jika kita menghitungnya berdasarkan pengalaman, kedewasaan, dan wawasan, tidak diragukan lagi ada banyak perbedaan."
“Langkah-langkah hari ini secara positif akan berbeda dengan langkah-langkah sebelumnya,” tambahnya.
Namun, masyarakat memasuki kehidupan publik dengan hati-hati. Sebagian besar perempuan tidak ada di jalan-jalan Kabul dan para pria menukar pakaian Barat mereka dengan pakaian tradisional Afghanistan.
Masih ada kekhawatiran besar secara global tentang catatan hak asasi manusia Taliban yang brutal. Faktanya, puluhan ribu warga Afghanistan masih berusaha melarikan diri saat kelompok itu kembali berkuasa.
Setelah beberapa hari memimpin, masih belum jelas apakah ada kebijakan pendidikan resmi atau apakah Taliban sudah berbicara dengan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Namun, selama wawancara dengan Inggris Sky News minggu ini, juru bicara Taliban lainnya, Suhail Shaheen menawarkan jaminan tentang topik tersebut.
Perempuan "bisa mendapatkan pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi -- itu berarti universitas", katanya. Ribuan sekolah di daerah yang direbut oleh Taliban masih beroperasi.
“Siswa-siswa kami yang terkasih menghadiri kelas mereka dalam jumlah besar sambil berpegang pada jilbab Islami,” katanya sembari mengimbuhkan, "Ujian (anak sekolah) terus berlanjut."
Sumber : AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.