PARIS, KOMPAS.TV - Masyarakat Muslim di Prancis mengutuk keras peristiwa penusukan dan pemenggalan di Nice.
Mereka mengatakan bahwa teror tersebut tidak mewakili keyakinan serta nilai-nilai Islam.
Teror di Nice terjadi di Gereja Notre Dame, Kamis, (29/10/2020) waktu setempat), dan menewaskan tiga orang.
Baca Juga: Pelaku Penyerangan di Gereja Prancis Diketahui Berasal dari Tunisia
Salah satu korban tewas adalah seorang perempuan yang dipenggal. Pelaku diketahui seorang pria berusia 20 tahun asal Tunisia.
Saat penyerangan dia membawa Salinan kita suci Al Quran. Bahkan Saat melakukan penyerangan, pihak kepolisian mengatakan pelaku sempat berteriak Allahu Akbar.
Menurut aktivis hak sipil Prancis, Yasser Louati, dia mengatakan para pelaku kejahatan semacam itu yidak bisa membedakan antara Muslim dan Kristen.
Baca Juga: Petinggi Uni Eropa Sampaikan Solidaritas Untuk Prancis
Louati pun menegaskan bahwa pelaku menganut ideologi yang asing dan bertentangan dengan Islam.
“Seorang perempuan dipenggal di dalam gereja, itu berarti mereka tak peduli dengan tempat sacral. Tak ada batasan moral untuk mereka,” kata Louati kepada Al-Jazeera.
“Sekitar 750 orang terbunuh di Masjid seluruh dunia, mengapa kita tak bisa menghubungkan titik-titik ini dan melihat bahwa ideologi ini telah menyebatr sehingga kita sejauh ini kalah,” tambahnya.
“Kita menangani serangan ini seperti mereka berbeda, padahal tidak,” ujar Louati.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.