Mereka didominasi berasal dari difabel daksa yang berjumlah 157 orang, kedua ragam sensorik 121 orang, ragam ganda sembilan orang, ragam mental 1 orang, dan ragam intelektual 1 orang.
Peningkatan pesat dalam waktu satu tahun ini berkat sosialisasi, edukasi, serta kerja kolaborasi banyak pihak. Contohnya diseminasi GETSI (Gender, Equality, Disability and Social Inclusion) yakni pendekatan pembangunan yang mengintegrasikan isu kesertaan gender, disabilitas dan inklusi sosial, yang berulang kali dilakukan di tahun 2022, 2023, dan 2024.
Hasilnya, banyak perusahaan swasta dan pabrik membuka diri untuk menyerap pekerja difabel. Bahkan, ada sejumlah perusahaan yang mencari terus mencari pekerja difabel untuk memenuhi syarat Bank Dunia.
“Kami banyak keliling bersama tim gabungan, sosialisasi, diseminasi, dan lainnya. Banyak perusahaan dan pabrik tertarik. Sebab, pemberdayaan difabel tak hanya konsen pemerintah Indonesia, tetapi juga tingkat Internasional. Contohnya ada perusahaan di Cirebon yang ditahan pencairan dananya oleh World Bank, karena belum mencapai 1 persen pekerja difabel sesuai undang-undang,” kata Nurul saat ditemui KompasTV di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Cirebon.
Ketua Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) Abdul Mujib, menyampaikan, pihaknya bekerjasama dengan sejumlah perusahaan untuk melakukan pendampingan difabel di sektor informal. Beberapa di antaranya bergerak dalam bidang UMKM berjualan produk makanan ringan, menjahit, membuat kerajinan, batik, hingga beragam bentuk souvernir.
Yang terbaru, organisasi yang dibangun sejak tahun 2007 ini, telah menggandeng perusahaan aksesoris otomotif dalam pemanfaatan limbah jok mobil. Mereka mengubah limbah tersebut menjadi souvenir dan berbagai kerajinan. Mereka juga yang melakukan pendampingan materi, memberi mesin berbasis listrik, desain, sampai proses pencetakan.
"Dalam enam bulan ini, kata Mujib, sudah lebih dari 500 buah souvernir hasil kerjasama itu terjual, baik secara offline maupun online. Penjualan terbanyak saat ada kunjungan lintas negara, pameran di luar Cirebon dan lainnya," kata Mujib saat dihubungi KompasTV Selasa (10/12) siang.
Mujib yang juga difabel fisik ini menyebut, pemberdayaan dari pemerintah dan pelaku industri sangat berpengaruh terhadap kelompok rentan. Mereka yang kerap tertutup, lebih percaya diri dan siap berkarya. Termasuk juga keluarga penyandang difabel, yang sebelumnya masih merasa minder, kini lebih mendukung berbagai kegiatan. Pelibatan aktif dalam dunia usaha juga membuktikan bahwa difabel setara dan mampu menggerakkan roda ekonomi.
Teguh Mulyono, Kepala Bidang Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, menyampaikan, pendampingan yang dilakukan dinas perindustrian terhadap difabel dalam bentuk pelatihan. Pelatihan ini tentunya hasil pemetaan dan sesuai dengan yang dibutuhkan kelompok difabel.
Dinas Perindustrian juga menghadirkan sejumlah pelaku industri secara langsung untuk mengajarkan pembuatan ecoprint, produk konveksi, pembuatan kemasan sebuah produk, label halal dan lainnya. Dinas juga memberikan akses serta menyiapkan ruang penjualan untuk difabel dalam setiap kali kegiatan besar di banyak tempat.
"Lebih 100 pelaku UMKM dari kalangan difabel yang sudah pernah kami dampingi. Mereka yang semula minder, sekarang percaya diri, kami juga sempat fasilitasi pemberian NIB dan Sertifikat Halal gratis kepada sebagian difabel," kata Teguh di kantornya.
Baca Juga: Difabel dan Lansia Berlatih Budidaya Lele
Sejalan dengan semangat itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Reni Yanita, menyampaikan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk merealisasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2025-2029 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Upaya ini salah satunya dengan meningkatkan daya saing, jejaring kemitraan, dan perluasan akses pasar bagi industri kecil dan menengah (IKM) agar menjadi bagian dalam rantai pasok industri besar dan sektor ekonomi lainnya.
Peran besar IKM dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia bisa dilihat dari jumlah IKM yang mencapai 4,5 juta unit usaha atau berkontribusi sebesar 99,7 persen dari total unit usaha industri di Indonesia. Sektor IKM telah menyerap tenaga kerja sebanyak 12,37 juta orang.
“Pada triwulan III tahun 2024, sector IKM memberikan andil hingga 3,50 persen terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dan sebesar 20,97 persen kepada total nilai output industry,” Reni Yanita dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (5/12) siang.
Kontribusi besar dari IKM tersebut perlu terus ditingkatkan dengan melibatkan berbagai stakeholder terkait. Salah satunya melalui upaya mendorong jejaring kemitraan dan perluasan akses pasar IKM.
Penulis: Muhamad Syahri Ramdhon
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.