Kompas TV regional jawa timur

Kata Dinkes soal Kepala Bayi Putus Tertinggal di Rahim: Sudah Meninggal 2 Minggu, Terjadi Maserasi

Kompas.tv - 12 Maret 2024, 15:13 WIB
kata-dinkes-soal-kepala-bayi-putus-tertinggal-di-rahim-sudah-meninggal-2-minggu-terjadi-maserasi
Ilustrasi bayi. (Sumber: Shutterstock.com)
Penulis : Tito Dirhantoro | Editor : Vyara Lestari

BANGKALAN, KOMPAS.TV - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan, Nur Chotibah buka suara terkait peristiwa pasien seorang ibu yang hendak melahirkan, namun kepala bayinya putus dan tertinggal di rahim.

Diketahui, perempuan yang mengalami nasib tragis tersebut bernama Mukarromah, warga Desa Panpajung, Modung, Bangkalan, Jawa Timur.

Terkait peristiwa tersebut, Nur Chotibah mengatakan bahwa bayi yang dikandung Mukarromah sebenarnya sudah meninggal dunia dalam kandungan selama dua minggu.

Sementara usia kehamilan pasien, kata Nur Chotibah, sudah mencapai 45 minggu. Dengan demikian, hari perkiraan lahir atau HPL sudah lewat sekitar 4 sampai 5 minggu.

Baca Juga: Kisah Pilu Mukarromah saat Lahiran: Kepala Bayinya Putus dan Tertinggal di Rahim, Awalnya Sungsang

Nur Chotibah mengatakan demikian setelah dilakukan proses audit oleh dokter kandungan dari RSUD Syamrabu Bangkalan dan RS Glamour Surabaya hingga melibatkan Ikatan Dokter Indonesia atau IDI.

“Hasil audit tim yakni IUFD (Intrauterine Fetal Death) atau bayi meninggal dalam kandungan kurang lebih 2 minggu. Umur kehamilan 45 minggu, lewat sekitar 4-5 minggu dari HPL,” kata Nur Chotibah dikutip dari Tribunnews.com.

Nur menjelaskan, pada saat kejadian, Mukarromah datang ke Puskesmas Kedungdung pada 5 Maret 2024. Waktu itu, Mukarromah meminta dirujuk ke rumah sakit karena sudah mengalami pembukaan empat.

Nur Chotibah menuturkan hal tersebut diketahui lewat adanya riwayat komunikasi yang dilakukan puskesmas dan RSUD Syamrabu.

Seiring berjalannya waktu, Nur mengatakan, Mukarromah telah mengalami pembukaan enam, selanjutnya langsung pembukaan lengkap. 

Menurut Nur Chotibah, kondisi yang dialami Mukarromah tersebut tergolong cepat. Namun, selama proses pembukaan itu, kondisi bayi yang dikandungnya dalam keadaan sungsang dengan posisi bokongnya berada di bawah.

“Maka ditolonglah karena sudah di jalan lahir. Di satu sisi kami sudah berkomunikasi dengan pihak rumah sakit. Posisi bokong duluan, di samping itu tensi ibunya 180/100 disebut dengan istilah medis Pb atau keracunan kehamilan,” ujar Nur Chotibah.

Baca Juga: Diduga Jadi Korban Malapraktik, Bayi di Bangkalan Meninggal saat Proses Persalinan

Nur Chotibah menuturkan, bahwa tubuh bayi yang dikandung Mukarromah pada saat keluar sudah dalam kondisi kulit terkelupas seluruhnya.

Sementara terkait putusnya kepala bayi itu, Nur mengatakan, hal tersebut karena faktor sang bayi sudah meninggal dunia di dalam rahim ibunya.

“Kondisi bayi saat di luar, kulit sudah mengelupas semua karena sudah meninggal dunia dalam kandungan,” ujar Nur.

“Memang ada dorongan sesuai teknis SoP, ibu ngeden secara pelan, kepala tertinggal itu karena IUFD, tidak ada pengaruh lain,” terangnya merujuk Intrauterine fetal death atau IUFD, kondisi janin yang meninggal di dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu.

Saat disinggung terkait kepala bayi yang putus hingga tertinggal dalam rahim, Nur menjelaskan hal itu terjadi setelah proses bokong bayi yang kemudian dilanjutkan dengan bahu yang keluar.

“Nah, di situlah lepas (kepala) karena, maaf, perkiraan kami sudah dua minggu meninggal dunia di dalam kandungan. Terjadi maserasi atau kulit-kulit sudah mengelupas dan (tubuh) rapuh,” kata Nur Chotibah merujuk perubahan degenerasi yang menyebabkan perubahan warna, pelunakan jaringan, dan disintegrasi janin yang telah mati ketika masih dalam rahim.


Sebelumnya, seorang ibu bernama Mukarromah mengalami peristiwa pilu karena kepala bayi yang dikandungnya putus dan tertinggal di dalam rahimnya saat hendak melahirkan.

Baca Juga: Ibu Bayi Diduga Korban Malapraktik Persalinan Buka Suara Kronologi Kejadian

Mukarromah menceritakan detik-detik ketika dirinya hendak melahirkan namun kepala bayinya mengalami putus.

Berawal saat dirinya ingin meminta rujukan kepada bidan yang berada dekat tempat tinggalnya agar bisa melahirkan dengan cara operasi di rumah sakit.

"Waktu itu datang ke bidan kampung, sama bidan kampung saya disuruh minta rujukan karena kondisi bayi sungsang dan lemah,” kata Mukarromah dalam keterangannya yang dikutip dari Tribunnews.com.

“Waktu sampai di puskesmas, saya bilang mau melahirkan operasi di Bangkalan, saya minta rujukan.”

Alih-alih segera diberikan rujukan, kata Mukarromah, bidan di puskesmas tersebut malah membawa dirinya ke sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk persalinan. Lalu, Mukarromah menyebut, bidan di puskesmas itu tidak segera memberikan penanganan.  

Mukarromah karena itu mengaku sampai harus menanyakan kembali  mengenai surat rujukan yang dimintanya. Namun, kata dia, bidan tersebut justru menelepon dokter di Bangkalan.

"Iya bu sebentar, ibu mau diperiksa dulu. Saya mau telepon dokter Bangkalan dulu, saya mau (menghubungi via) WA," ucap Mukarromah menirukan ucapan sang bidan.

Tak lama kemudian, datanglah bidan lain bernama Mega yang mengatakan bahwa Mukarromah telah mengalami bukaan empat. Karenanya, bidan Mega menyarankan Mukarromah melahirkan di puskesmas saja.

Baca Juga: Kronologi Penangkapan Pembeli dan Ibu yang Tega Jual Bayi Kandung di Sumut

"Pas saya disuruh ngeden, belum dikasih apa-apa, belum disuntik, setelah agak lama saya dikasih suntikan pendorong, terus disuruh ngeden lagi, terus saya enggak kuat," tuturnya.

Tak disangka, proses persalinan di puskesmas itu justru membuat kepala bayi yang dikandung Mukarromah putus dan tertinggal di dalam rahimnya.

"Waktu itu ditarik saya enggak tahu. Soal dipotong apa enggak, saya juga enggak tahu. Saya melihat bidannya pegang gunting, perut saya ditekan dan didorong,” ujar Mukarromah.

Akibat peristiwa itu, Mukaromah menuturkan, ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Glamour Husada, Bengloa, Tanjung Jati, Bangkalan untuk dilakukan operasi pengeluaran kepala bayi yang tertinggal di rahimnya.

 




Sumber : Tribunnews.com




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x