JAKARTA, KOMPAS.TV — Pihak PT Gunbuster Nickel Industri atau GNI, Morowali Utara, Sulawesi Tengah, angkat bicara soal kecelakaan kerja yang menimbulkan tujuh korban pada Senin (26/6/2023).
Kasus kecelakaan kerja yang terjadi tersebut mengakibatkan empat orang luka ringan, dua orang masih dirawat di rumah sakit, dan satu lainnya meninggal dunia.
Head of Human Resources and General Affairs PT GNI Muknis Basri Assegaf menyebut, pihaknya masih menyelidiki kronologis penyebab kecelakaan kerja tersebut.
Setelah mendapatkan hasil penyidikan, kata dia, perusahaan baru bisa memberikan penjelasan resmi ke publik.
“Kami sedang berduka. Kejadian ini merupakan pukulan berat bagi kami. Sebab, pada saat bersamaan, kami sudah berbenah lebih baik di segala aspek, terutama dari sisi keamanan bekerja,” ujar dia saat dikonfirmasi Kompas.id, Rabu (28/6/2023), dari Jakarta.
Baca Juga: Kecelakaan Kerja kembali Terjadi di PT GNI, Safri: Pemerintah Tidak Punya Nyali Tegur Mereka
Saat ini, lanjut Muknis, pihak perusahaan masih konsentrasi menangani korban, terutama yang masih menjalani rawat inap.
PT GNI, lanjut dia, juga mengupayakan agar jaminan sosial kematian segera cair dan perusahaan memberikan santunan kepada ahli waris korban meninggal.
“Kami berduka cita kepada pihak keluarga korban,” kata Muknis.
Sebelum kecelakaan kerja yang terjadi pada 26 Juni tersebut, insiden juga pernah terjadi di PT GNI, yakni kebakaran pada 22 Desember 2022.
Kebakaran tersebut yang bermula dari adanya ledakan di Smelter 2 Tungku Nomor 17 PT GNI. Api kemudian membesar dan membuat dua orang pekerja terjebak di lokasi, lalu meninggal.
Pada 29 Januari 2023, seorang pekerja PT GNI meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan akibat kendaraan truk yang dikemudikannya tergelincir di jalan hauling.
Terpisah, Ketua Pengurus Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Sulawesi Tengah, Katsaing, menyebut, Serikat Pekerja Nasional pernah mencoba melakukan mediasi langsung ke pihak manajemen PT GNI.
Upaya mediasi itu dilakukan usai adanya kecelakaan kerja yang menewaskan dua orang pekerja pada Desember 2022, dengan tujuan mengetahui sejauh mana pelaksanaan K3.
Baca Juga: Tenaga Kerja Lokal Jadi Korban di PT GNI, Safri: Nyawa Melayang Mereka Anggap Biasa
“Sebelum itu, kami mendengar sudah ada beberapa kecelakaan kerja. Implementasi sistem K3 di sana tidak berjalan efektif,” ujarnya.
Ia juga berpendapat bahwa pemerintah memegang peran krusial dalam pengawasan norma K3.
Namun, menurutnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah ataupun Kabupaten Morowali Utara tidak mengambil tindakan pengawasan yang konkret sehingga kecelakaan kerja kembali terulang.
Sebelumnya, kasus tersebut juga mendapat komentar dari Wakil Ketua DPRD Morowali Utara Muhammad Safri.
Dia sangat menyayangkan insiden kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi pabrik smelter PT GNI.
Safri bahkan mengecam pihak PT GNI yang tidak pernah mau belajar dari kesalahan dan terkesan membiarkan kejadian serupa terulang kembali.
"Ini yang sangat kita sesalkan, insiden kecelakaan kerja di PT GNI terus terjadi dari waktu ke waktu. Mereka sepertinya tidak mau belajar dari kesalahan dan membiarkan peristiwa serupa terulang kembali. membiarkan nyawa manusia melayang tanpa ada upaya untuk menghentikannya, ini konyol namanya," tegasnya dikutip dari Kompas TV Makassar.
Safri menilai PT GNI menutup mata dan sudah tidak mengindahkan lagi aturan main yang berlaku. Hilangnya nyawa para pekerja kata Safri, mereka anggap sebagai hal yang biasa.
"Mereka sudah menutup mata, banyak aturan pemerintah yang tidak lg dijalankan sesuai ketentuan. Nyawa pekerja melayang mereka anggap sebagai hal biasa, mereka mengira cukup dengan memberikan santunan atau memberikan tali asih ke panti asuhan maka persoalan mereka anggap selesai," ujarnya.
Baca Juga: Kemnaker Minta Disknaker Sulawesi Tengah Dalami Kecelakaan Kerja di PT GNI Morowali Utara
Ketua DPC PKB Morowali Utara ini juga menyoroti peran pemerintah yang terkesan tidak serius menangani persoalan-persoalan yang ada di PT GNI. Safri bahkan menuding pemerintah tidak berani mengusik PT GNI lantaran perusahaan tersebut berasal dari negeri Tiongkok serta masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Perintah juga terkesan tidak serius menangani masalah-masalah yang terjadi di PT GNI. Sudah banyak korban berjatuhan namun tidak ada langkah nyata yang dihasilkan. Jangan karena PT GNI adalah bagian dari proyek strategis nasional (PSN) dan perusahaan tersebut berasal dari Tiongkok sehingga pemerintah tidak punya nyali untuk menertibkannya," pungkas Safri.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.