Kompas TV nasional rumah pemilu

Ganjar Cerita Dikalungi Stetoskop dan Dikirimi Gabah Saat Kampanye Terakhir di Solo, Apa Maknanya?

Kompas.tv - 10 Februari 2024, 12:34 WIB
ganjar-cerita-dikalungi-stetoskop-dan-dikirimi-gabah-saat-kampanye-terakhir-di-solo-apa-maknanya
Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo di kampanye akbar Hajatan Rakyat Ganjar-Mahfud di Benteng Vastenburg, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Fiqih Rahmawati | Editor : Desy Afrianti

SOLO, KOMPAS.TV - Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo bercerita mengenai kegiatan kirab dalam kampanye terakhir di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024).

Kampanye terakhir di Solo tersebut dimulai dengan kirab, di mana Ganjar dan Mahfud MD menaiki kendaraan berupa gerobak sapi dan diarak dari Ngarsopuro menuju Benteng Vastenburg.

Saat menyampaikan pidato di Benteng Vastenburg, Ganjar bercerita bahwa gerobaknya dikirimi gabah. Hal ini menyiratkan simbol mengenai nasib petani.

Baca Juga: Butet Singgung Wiji Thukul di Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo: yang Menculik Mencapreskan

“Tadi dalam perjalanan (kirab), gerobak saya dikirimi gabah. Sebuah simbol yang mengingatkan kepada saya dan Pak Mahfud untuk peduli kepada petani dan perutnya rakyat,” ucap Ganjar.

Ia menjadi teringat dengan kampanye yang dilakukan dengan cara menginap di rumah-rumah warga. Ganjar mendengarkan keluhan dari para petani yang kesulitan mendapat pupuk dan menjual berasnya dengan harga yang layak.

“Pak Ganjar, kenapa berasnya Rp14 ribu, Rp17 ribu, kenapa tidak turun-turun? Sementara saudara kita petani, ‘Pak Ganjar, kenapa harga beras kami dibeli murah, dijual mahal, dan pupuk kami langka?’ Mereka mengeluh di dapurnya, di pematang sawah,” cerita Ganjar.

Tak hanya gabah, Ganjar juga dikalungi stetoskop. Menurutnya, itu merupakan simbol bagi ia dan Mahfud MD untuk dapat memastikan kesehatan rakyat Indonesia.

Baca Juga: Butet di Kampanye Ganjar-Mahfud: Ora Oleh Misuh, Mesakke Polisi Ndak Kakean Gawean

Stetoskop tersebut, katanya, juga menjadi simbol untuk mendengarkan tubuh rakyat Indonesia yang sehat. Ia juga menyinggung salah satu visi misinya mengenai satu keluarga miskin satu sarjana.


“Tapi makna simboliknya, kami juga merasakan, stetoskop ini bisa dipakai untuk mengecek, orangnya sehat, pikirannya sehat, politiknya juga harus sehat.” ujarnya.

“Kalau semuanya sakit, bangsa ini juga akan menjadi bangsa yang sakit.”



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x