JAKARTA, KOMPAS.TV- Survei Litbang Kompas periode Januari 2023 menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) masih menjadi yang tertinggi.
Dalam survei tersebut, PDI-P meraih elektabilitas 22,9 persen, disusul Gerindra 14,3 persen, lalu Golkar 9,0 persen, Demokrat 8,7 persen, dan Nasdem 7,3 persen.
Di posisi ke-6 ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan elektabilitas 6,1 persen, selanjutnya ada PKS 4,8 persen, lalu Perindo 4,1 persen, PPP 2,3 persen, dan PAN 1,6 persen.
Kemudian Partai Hanura, PBB, dan PSI masing-masing mendapat elektabilitas 0,5 persen. Lalu ada juga pilihan Lainnya sebesar 0,5 persen dan tidak tahu/rahasia 16,8 persen.
Survei Litbang Kompas tersebut dilakukan melalui wawancara tatap muka dan diselenggarakan pada 25 Januari-4 Februari 2023. Sebanyak 1.202 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi Indonesia.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian ± 2,83 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Golkar Kalahkan Demokrat, Ada Pergeseran Suara Pemilih Anies
Mengutip Kompas.id, Selasa (21/2/2023), parpol yang mengalami kenaikan elektabilitas adalah parpol yang punya kemampuan organisasi dalam mengarusutamakan narasi politik mereka.
Sebaliknya, parpol kurang menguasai narasi politiknya, semakin tidak menarik di mata pemilih.
Survei periodik Kompas pada 25 Januari-4 Februari 2023 memperlihatkan dampak penguasaan narasi politik masih dinikmati partai pengusung pemerintah, seperti PDI-P, Golkar, PKB, PPP, dan Nasdem.
"Elektabilitas parpol-parpol itu cenderung meningkat dalam batas tertentu seiring citra positif kinerja pemerintah. Seperti diberitakan harian ini kemarin, kepuasan terhadap kinerja pemerintah meningkat di seluruh indikator bidang pembangunan politik, hukum, ekonomi, dan kesejahteraan sosial," tulis Harian Kompas dalam laporannya.
PDI-P menjadi yang teratas dalam survei elektabilitas karena merupakan parpol pengusung utama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Golkar juga naik 1,1 persen dan kini menduduki peringkat ketiga dengan 9,0 persen suara pemilih. Citra Golkar kerap terwakili dari penampilan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, yang juga banyak disebut sebagai bakal capres dari Golkar.
Baca Juga: NasDem kepada PDIP: Perbedaan Pilihan Capres Tak Boleh Jadi Penghalang Silaturahmi
Sementara itu, elektabilitas Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sedikit menurun 1,9 persen dari survei sebelumnya dan kini menjadi 14,3 persen.
Hal itu terjadi kemungkinan karena Pencapresan Prabowo Subianto oleh Gerindra. Seperti terlihat dari dampak elektabilitas/perolehan suara Gerindra dari pencapresan Prabowo (efek ekor jas/coattail effect) yang relatif tetap.
Kemungkinan itu juga dikuatkan oleh fakta proporsi pemilih Prabowo di Gerindra yang juga sedikit menurun dari 46,0 persen triwulan lalu, menjadi 42,9 persen di Januari 2023.
Publik tampaknya masih menunggu pasangan calon paling ideal untuk Prabowo, yang pada gilirannya akan turut menaikkan elektabilitas Gerindra.
Penurunan elektabilitas juga terjadi pada PAN dan Perindo.mKedua partai itu relatif belum punya narasi politik yang cukup kuat disuarakan, selama triwulan terakhir di tengah ketatnya pergerakan tokoh elite politik saat ini.
Apalagi, sebagian kecil pemilih PAN tampaknya juga terpapar pergeseran parpol akibat pilihan capres Anies Baswedan.
Baca Juga: Izin ke Jokowi Mau Fokus ke Sepak Bola, Menpora: Masa Seperti Ini Harus DIterjemahkan Panjang
Pencapresan Anies ini yang menjadi berkah bagi Nasdem, dengan beralihnya suara pemilih partai lain.
Nasdem mendapat efek ekor jas Anies sehingga mengalami lompatan elektabilitas menjadi 7,3 persen dari 4,3 persen pada survei periodik Kompas Oktober 2022.
Pertambahan elektabilitas sebesar 3 persen ini belum pernah dialami Nasdem sejak survei dilakukan. Elektabilitas Nasdem sebelumnya berfluktuasi landai di kisaran 2-4 persen.
Beralihnya suara pemilih Anies juga berakibat pada turunnya elektabilitas Partai Demokrat dan PKS.
Parpol yang paling terdampak adalah Demokrat yang dalam survei ini merosot 5,3 poin dari perolehan elektabilitas Oktober 2022. Elektabilitas Demokrat kini turun menjadi 8,7 persen dari sebelumnya 14 persen. Proporsi responden pemilih Anies di Demokrat menurun dari 18,9 persen pada Oktober 2022 menjadi 11,3 persen pada Januari 2023.
Artinya, ada selisih 7,6 persen pemilih Demokrat yang juga memilih Anies Baswedan kini hengkang dari memilih Demokrat. Di luar faktor sosok capres, Demokrat tampaknya juga terpapar dampak penangkapan Gubernur Papua Lukas Enembe, yang juga Ketua DPD Demokrat Papua, oleh KPK pada 10 Januari 2023 karena kasus dugaan korupsi.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Kepuasan Publik terhadap Stabilitas Politik dan Keamanan Naik
Selain Demokrat, fenomena tergerusnya elektabilitas partai karena pergeseran pemilih capres juga dialami PKS. Dilihat dari proporsi responden PKS pemilih Anies, terlihat ada penurunan dari 19,9 persen pada Oktober 2022 jadi 17,6 persen pada Januari 2023. Seiring dengan itu, PKS juga mengalami penurunan elektabilitas dari 6,3 persen menjadi 4,8 persen.
Ketua DPP Nasdem Effendy Choirie mengatakan, Demokrat dan PKS bisa saja seperti Nasdem, yakni meraih limpahan suara dari sikap partai yang mendukung Anies.
Namun, ditekankannya, faktor itu bukan satu-satunya kunci pendongkrak elektabilitas partai.
”Masing-masing partai tentu harus bekerja maksimal untuk dirinya. Nasdem, meskipun ada berkah dari Anies, kami terus bekerja keras untuk memaksimalkan," kata Effendy kepada Harian Kompas.
"Jadi, semua harus bekerja secara simultan. Tidak bisa bergantung pada faktor pencapresan itu. Kerja partai harus tetap ada,” ujarnya.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.