Kompas TV nasional sosial

KPAI Prihatin Kasus Anak Dipukul Sapu Hingga Meninggal Dunia, Ini Pengingat Pentingkan Urusan Anak

Kompas.tv - 17 September 2020, 07:50 WIB
kpai-prihatin-kasus-anak-dipukul-sapu-hingga-meninggal-dunia-ini-pengingat-pentingkan-urusan-anak
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto (kanan) dan Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati (kiri) saat menyampaikan hasil rapat pleno yang dilakukan senin (25/2/2020). (Sumber: Sumber : KOMPASTV)
Penulis : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) prihatin dengan adanya kekerasan yang dilakukan oleh Ibu IS (24 Tahun) dan dibantu Bapak LH (24 Tahun) kepada anaknya yang berusia 8 tahun, hingga anaknya meninggal dunia. 

Baca Juga: KPAI: Kasus Covid-19 pada Anak Meningkat

Dalam melakukan pengawasan terhadap kasus ini, KPAI telah berkoordinasi dengan Kanit PPA Polres Lebak untuk penegakan hukum atas kasus tersebut. 

KPAI juga telah berkoordinasi dengan P2TP2A Kabupaten Lebak untuk melakukan pendampingan terhadap saudara kembar anak KS. 

"Kasus ini menjadi pengingat bagi seluruh orang tua khususnya dan penyelenggara pendidikan umumnya untuk mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak selama anak-anak menjalani proses Belajar Dari Rumah (BDR)," ujar Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/9/2020).
 
"Anak sendiri mengalami kebosanan yang luar biasa selama pandemi covid 19, sehingga anak perlu didampingi dan dibantu oleh orang tua agar dapat menjalani proses pendidikan dan tumbuh kembangnya dengan baik," imbuhnya.

Menurut Rita, orang tua penting memahami kondisi psikologis dan fase tumbuh kembang anak. 

Diketahui anak KS (8 tahun) adalah siswa kelas 1 yang sebelumnya sempat mengenyam PAUD. 

Anak kelas 1 SD tentu sangat membutuhkan proses adaptasi dari jenjang pendidikan PAUD berpindah ke sekolah dasar. 

Dalam situasi pandemi, anak masih beradaptasi untuk mengerti bahwa sekolahnya sudah berganti, teman-temannya berganti, juga gurunya. 

Secara akademik, anak-anak juga mulai beradaptasi pada sistem yang lebih teratur.

Belum lagi tuntutan kemampuan calistung pada anak yang seringkali dipaksakan padahal secara kurikulum pun ada penyederhanaan kurikulum yang seharusnya diterapkan selama pandemi. 

Sehingga orang tua tidak dapat memaksakan anak untuk menurut sesuai dengan keinginan orang tua. 

"Jika mengalami kesulitan, sebaiknya orang tua berkoordinasi dan berkomunikasi dengan guru, sehingga anak tidak menjadi korban," tutur Rita.

Baca Juga: Klaster Corona di Sekolah Bermunculan, Ini Tanggapan Komisioner KPAI

Oleh karena itu, KPAI sangat menyesalkan kekerasan yang dialami anak KS. KPAI juga mendorong penguatan pemahaman tentang pengasuhan.

Berdasarkan Survei KPAI (2020), hanya 33,8% orang tua yang mendapatkan informasi tentang pengasuhan. 

Minimnya pengetahuan tentang pengasuhan menyebabkan orang tua merasa anak dapat diperlakukan apa saja sesuai dengan keinginan orang tua. 

Padahal orang tua harus memahami perlindungan anak, hak-haknya, serta mamahami fase tumbuh kembang anak. 
Selama pandemi, beban domestik menjadi berlipat termasuk mengalami beban ganda. 

Pengasuhan dan pendampingan dalam belajar yang seharusnya dilakukan bersama antara kedua orang tua, menurut Survei KPAI (2020), dominan dilakukan oleh Ibu. 

Kondisi psikologis ibu dalam situasi pandemi berefek domino pada kekerasan terhadap anak. 

KPAI mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan karena sejatinya anak membutuhkan bapak dan ibunya sekaligus. 

Keterlibatan pengasuhan bapak akan mmenimbulkan kelekatan yang baik bagi tumbuh kembang anak. 

Bapak juga perlu bersinergi dalam urusan domestik agar kondisi psikologis dan mental anggota keluarga tetap terjaga.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x