DAMASKUS, KOMPAS.TV – Serangan udara yang dilancarkan jet-jet tempur Israel, mengguncang berbagai wilayah di Suriah dalam beberapa hari terakhir setelah tumbangnya pemerintahan Presiden Bashar Al Assad.
Media lokal Suriah melaporkan Israel melancarkan lusinan serangan ke seluruh wilayah Suriah termasuk Ibu Kota Damaskus.
Sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan, lebih dari 100 serangan Israel menargetkan lokasi-lokasi militer.
Media setempat melaporkan salah satu yang menjadi target serangan Israel adalah sebuah pusat penelitian yang diduga terkait dengan pengembangan senjata kimia.
Serangan ini terjadi menyusul jatuhnya rezim Assad pada Minggu (8/12/2024) setelah kelompok pemberontak berhasil memasuki Damaskus.
Baca Juga: Suriah Menatap Era Baru Pasca-Assad, Pengamat Sebut Indonesia Bisa Jadi Teladan Berdemokrasi
Israel berdalih serangan-serangannya bertujuan mencegah senjata strategis "jatuh ke tangan ekstremis."
Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah, sejak 1967 dan mencaploknya secara ilegal pada 1981.
Pada Minggu, Israel masuk dan menguasai buffer zone atau zona penyangga yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang didudukinya, dari wilayah-wilayah Suriah lainnya.
Israel juga memerintahkan warga Suriah yang tinggal di lima desa di dekat zona tersebut agar "tetap di rumah."
Langkah agresif Israel memicu kritik keras dari sejumlah negara Arab. Qatar, Irak, dan Arab Saudi mengecam tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional dan pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah.
"Langkah ini merupakan perkembangan berbahaya dan serangan terang-terangan terhadap kesatuan dan kedaulatan Suriah," ujar Kementerian Luar Negeri Qatar dalam pernyataannya pada Senin (9/12/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Pemerintah Arab Saudi menambahkan, tindakan Israel mencerminkan ketidakpatuhan terhadap aturan hukum internasional dan berpotensi memperburuk stabilitas di kawasan.
Sementara Irak mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil langkah untuk menghentikan agresi Israel tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric, menyebut langkah Israel sebagai pelanggaran terhadap perjanjian disengagement 1974 antara Israel dan Suriah.
Baca Juga: Pengamat Sebut Israel Berpeluang Ikut Campur dalam Revolusi Suriah, Iran Merugi
Pasukan perdamaian PBB di Dataran Tinggi Golan (UNDOF) juga telah memperingatkan bahwa tindakan Israel menguasai zona penyangga, melanggar perjanjian tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Israel "untuk selamanya."
Netanyahu juga mengapresiasi mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sebelumnya mengakui klaim Israel atas wilayah tersebut.
Netanyahu mengeklaim kejatuhan Assad sebagai hasil dari tekanan yang diberikan Israel terhadap Hamas, Hizbullah, dan Iran.
SOHR melaporkan bahwa serangan udara Israel terus berlanjut, dengan fokus pada situs pengembangan roket di Damaskus yang disebut melibatkan ilmuwan Iran.
Langkah Israel yang semakin agresif kini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi konflik di kawasan.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan melanjutkan pembahasan tentang situasi di Suriah dalam beberapa hari mendatang, termasuk kemungkinan mengeluarkan pernyataan resmi terkait ketegangan ini.
Baca Juga: Status Siaga 1 di Suriah, Kemenlu Siapkan Rencana Evakuasi WNI
Sumber : BBC, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.