WASHINGTON DC, KOMPAS.TV - Kongres Amerika Serikat (AS) memecat Ketuanya, Kevin McCarthy lewat pemungutan suara pada Selasa (3/10/2023) waktu Washington DC.
Hal ini sebagai sebuah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat Kongres AS tanpa pemimpin dan menyebabkan kekacauan.
Setelah adanya tantangan dari faksi sayap kanan kubu partai Republik di Kongres kepada kepemimpinan McCarthy, delapan anggota kubu Republik sayap kanan bergabung dengan Demokrat untuk mencabut jabatan ketua dari politisi California ini. Kevin McCarthy sendiri berasal dari partai yang sama, yaitu Partai Republik di Kongres.
Dalam laporannya, Rabu (4/10), New York Times menuliskan bahwa hasil pemungutan suara 216-210 mencerminkan perpecahan yang mendalam di Kongres dan menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang dapat mengumpulkan dukungan untuk memimpin mayoritas partai Republik di Kongres yang semakin tidak terkendali.
"Jabatan ketua Kongres Amerika Serikat dengan ini dinyatakan kosong," tegas Steve Womack, seorang anggota Kongres dari Arkansas yang merupakan sekutu McCarthy dan memimpin sidang selama pemungutan suara.
Tak lama setelah itu, McCarthy memberitahu anggota Partai Republik di Kongres secara tertutup bahwa dia tidak akan mencoba merebut jabatan tersebut lagi, mengakhiri sembilan bulan yang penuh gejolak sebagai ketua Kongres.
Anggota kubu Partai Republik di Kongres mengatakan mereka akan reses hingga minggu depan, tanpa jalur yang jelas untuk menemukan ketua dewan yang baru.
"Saya tidak menyesal memilih tindakan pemerintahan daripada keluhan," ujar McCarthy dalam konferensi pers setelah pertemuan.
"Ini adalah tanggung jawab saya. Ini adalah pekerjaan saya. Saya tidak menyesal berunding; pemerintahan kita dirancang untuk mencapai kompromi."
Keputusan ini adalah puncak dari perpecahan panjang di antara anggota Partai Republik yang makin memanas sepanjang tahun ini, dan merupakan pertarungan kekuasaan antara McCarthy dan anggota faksi sayap kanan yang mencoba menghalangi kenaikannya menjadi ketua Kongres pada bulan Januari.
Sejak itu faksi sayap kanan ini menggergaji McCarthy, mencoba menghambat upaya McCarthy untuk mencegah pemerintah AS gagal bayar utang dan akhirnya memberontak atas keputusannya akhir pekan lalu untuk bersekutu dengan Demokrat dalam menjaga pemerintahan tetap berjalan.
Baca Juga: Kelabakan Kongres AS Tak Sediakan Dana Bantuan bagi Ukraina, Biden Telepon Sekutu AS Galang Dukungan
Sebelum pemungutan suara, debat sengit antara Republik melawan Republik terjadi di lantai Kongres. Anggota sayap kanan yang memberontak mencela ketua mereka sendiri dan berdebat secara verbal dengan pembela McCarthy, yang berulang kali menuduh anggota sayap kanan menciptakan kekacauan untuk meningkatkan profil politik mereka sendiri. Demokrat duduk dan menonton saja adegan tersebut.
"McCarthy telah mempertaruhkan karir politiknya, mengetahui bahwa hari ini akan datang, untuk melakukan yang benar," kata Perwakilan Tom Cole, anggota kubu Republik dari Oklahoma dan sekutu McCarthy yang gagal menghentikan upaya untuk menggulingkannya.
"Pikirkan dengan matang sebelum Anda menjatuhkan kami ke dalam kekacauan,Cole memohon kepada para penentang McCarthy, karena itulah yang akan kita alami jika kami mengosongkan jabatan ketua."
Namun, para pengkritik McCarthy, yang dipimpin oleh Matt Gaetz, anggota kubu Republik sayap kanan dari Florida, mengkritiknya karena dianggap gagal mendapatkan target pemotongan anggaran yang lebih dalam dari pemerintahan Biden dan menilai kurangnya kepemimpinan McCarthy.
"Kekacauan adalah McCarthy," tegas Gaetz. "Kekacauan adalah seseorang yang tidak bisa kita percayai dengan kata-katanya."
Kebanyakan dari delapan anggota sayap kanan kubu Republk yang memberontak dan mencabut dukungan dari McCarthy telah mengganggunya sejak dia menjadi ketua dewan.
Selain Gaetz, mereka adalah: Andy Biggs dari Arizona, Ken Buck dari Colorado, Tim Burchett dari Tennessee, Eli Crane dari Arizona, Bob Good dari Virginia, Nancy Mace dari South Carolina, dan Matt Rosendale dari Montana.
Hanya sedikit dari mereka yang berdiri di lantai Dewan sebelum pemungutan suara untuk menyampaikan keluhannya terhadap McCarthy, terutama bahwa dia mengandalkan suara Demokrat untuk mendorong dua RUU yang mereka tolak, salah satunya untuk mencegah negara default atau gagal bayar utang untuk pertama kalinya dalam sejarah dan satu lagi, akhir pekan lalu, untuk menghindari penutupan pemerintahan akibat tidak adanya anggaran.
"Ketua Kongres melalui 15 pemungutan suara pada bulan Januari untuk menjadi Ketua, tetapi hanya bersedia melalui satu RUU yang gagal sebelum menyerah kepada Demokrat pada hari Sabtu," ujar Good, merujuk pada sebuah tindakan yang dikenal sebagai continuing resolution untuk RUU pengeluaran sementara.
"Kita membutuhkan seorang ketua dewan yang akan berjuang untuk sesuatu, selain hanya menjadi atau tetap menjadi ketua Kongres."
Baca Juga: Kisruh Baru, Anggota Ajukan Mosi Pemecatan Ketua Kongres AS Kevin McCarthy dari Partai yang Sama
Suasana tegang terjadi di lantai Kongres saat para anggota melakukan pemungutan suara untuk menggulingkan ketua Kongres dengan cara yang sama dengan saat mereka memilihnya: berdiri satu per satu dari kursi mereka di lantai Dewan dalam pemungutan suara berdasarkan urutan alfabet yang dipimpin oleh juru bicara.
Akhirnya, McCarthy digulingkan hanya oleh delapan anggota dari partainya sendiri dan kaukus bersatu Demokrat, yang semuanya memilih untuk menjatuhkannya.
Pemungutan suara ini membuat Kongres AS menjadi lumpuh hingga pemimpin yang baru terpilih. Hal ini berpotensi menimbulkan pemilihan ketua yang kembali berantakan pada saat Kongres hanya punya waktu sedikit lebih dari 40 hari untuk mencegah tidak beroperasinya pemerintahan akibat tidak adanya anggaran.
Anggota kubu Republik Kongres bertemu pada hari Selasa malam setelah pemungutan suara untuk membahas cara melanjutkan, dipimpin oleh Perwakilan Patrick T. McHenry dari North Carolina.
McCarthy menunjuk McHenry sebagai yang pertama dalam daftar ketua kongres sementara yang mungkin akan muncul dalam keadaan darurat atau kekosongan jabatan Ketua Kongres, tetapi dia punya kekuasaan untuk menjalankan Kongres, hanya untuk memimpin pemilihan ketua Kongres yang baru.
Belum ada pengganti yang jelas untuk McCarthy, meskipun beberapa nama selalu muncul dalam percakapan, termasuk McHenry dan Cole, serta anggota partai Republik nomor dua dan nomor tiga, yakni Steve Scalise dari Louisiana dan Tom Emmer dari Minnesota.
"Saya pikir banyak orang yang bisa mengambil alih dan melakukan pekerjaan," ujar Burchett, yang menambahkan dia tidak punya calon khusus dalam pikirannya.
Tetapi pada hari Selasa, anggota kubu Republik reses dan kembali ke daerah pemilihan mereka di seluruh negara, dan saat mereka berkumpul kembali nanti, belum strategi yang jelas tentang bagaimana melanjutkan kegiatan Kongres yang kini tidak punya pemimpin.
McCarthy tidak menjawab pertanyaan wartawan setelah digulingkan, berjalan cepat meninggalkan ruang Kongres setelah menerima sejumlah jabat tangan dan pelukan dari sekutunya.
Baca Juga: Mencengangkan! Seorang Anggota Kongres AS Dibegal saat Naik Mobil Kurang 2 Km dari Gedung Kongres AS
Beberapa jam sebelum pemungutan suara, McCarthy, yang selalu optimistis dan bangga dengan ketekunannya, membela keputusannya untuk bekerja sama dengan Demokrat untuk menghindari penutupan pemerintahan, yang memicu upaya untuk mencopotnya dari jabatan Ketua Kongres.
"Jika Anda menggulingkan seorang ketua Kongres yang punya dukungan 99 persen dari kubunya, yang menjaga pemerintahan tetap berjalan dan menggaji tentara, saya pikir kita berada dalam situasi yang sangat buruk dalam menjalankan Kongres," kata dia, Selasa pagi.
Dalam pertemuan tertutup, dia memberi tahu anggota kubu partai Republik di Kongres bahwa dia tidak punya penyesalan atas apa yang dia kerjakan selama menjabat, dan dia beberapa kali diinterupsi oleh standing ovation meriah.
Dalam beberapa hari menjelang pemungutan suara, Demokrat merenungkan apakah akan membantu McCarthy bertahan, atau setidaknya untuk tidak ikut campur dalam upaya untuk menggulingkannya.
Namun kebencian mereka terhadap McCarthy akhirnya mengalahkan niat politik mereka untuk menyelamatkannya, dan dalam pertemuan tertutup hari Selasa pagi, Perwakilan Hakeem Jeffries dari New York, pemimpin minoritas, memberi tahu sesama Demokrat untuk tidak melakukannya, dengan alasan "ketidakmauan Republik untuk melawan ekstremisme MAGA."
Pertemuan itu, yang direncanakan untuk membahas strategi tentang bagaimana Demokrat akan memilih dalam pemungutan suara untuk mencopot McCarthy, dengan cepat menjadi tempat keluh-kesah terhadapnya.
Daftar keluhan itu terus bertambah: suaranya untuk membatalkan hasil pemilihan presiden 2020 setelah pendukung Trump menyerbu Capitol pada 6 Januari 2021; keputusannya untuk mengingkari kesepakatan batas utang yang dia perantarai dengan Presiden Biden pada musim panas untuk menyenangkan faksi sayap kanan di kubunya; hubungannya yang baik dengan mantan Presiden Donald J. Trump; dan keputusannya untuk membuka penyelidikan pemakzulan terhadap Biden tanpa bukti kesalahan.
"Kita tidak akan memberikan suara dengan cara apa pun yang akan membantu McCarthy," ujar Pramila Jayapal, anggota Kongres dari Demokrat wilayah Washington sebelum pemungutan suara.
"Tidak ada yang percaya kepada Kevin McCarthy, dan mengapa mereka harus melakukannya?"
Ironisnya, McCarthy telah membuat langkah-langkah tersebut untuk meredakan sayap kanan partainya yang akhirnya mencopotnya.
"McCarthy berulang kali memilih untuk melemahkan lembaga ini dengan memberi kekuatan kepada ekstremis daripada bekerja sama antar kubu utama," kata Derek Kilmer, Demokrat dari Washington.
"Dia mewarisi kekacauan yang dia ciptakan."
Sumber : New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.