Bom tandan adalah senjata yang terbuka di udara dan melepaskan subamunisi atau "bomber" yang tersebar di area luas dan dimaksudkan untuk menimbulkan kehancuran pada beberapa target sekaligus.
Bom tersebut dapat dihantarkan melalui pesawat, artileri, dan peluru kendali, menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
"Bomber" tersebut memiliki tingkat kegagalan meledak yang tinggi, bahkan hingga 40% dalam beberapa konflik terakhir, menurut ICRC.
Para pendukung pelarangan bom tandan mengatakan bom tersebut membunuh secara sembarangan dan serampangan, membahayakan warga sipil lama setelah digunakan. Berbagai kelompok di dunia telah memperingatkan penggunaan bom tersebut oleh Rusia di Ukraina.
Baca Juga: Bom Tandan, Bom Curah yang Dilarang Penggunaannya tapi Ternyata Pernah Dibuat Indonesia
Belum jelas bagaimana sekutu NATO Amerika akan menanggapi pemberian bom tandan kepada Ukraina dan apakah masalah tersebut dapat memicu perpecahan dalam dukungan mereka yang sebagian besar bersatu untuk Kiev.
Lebih dari dua pertiga dari 30 negara dalam aliansi tersebut adalah pihak yang menandatangani konvensi 2010 tentang pelarangan penggunaan, produksi, atau penyimpanan bom tandan.
Amerika Serikat, Rusia, dan Ukraina tidak menandatangani larangan bom tandan.
Minggu lalu, Laura Cooper, wakil asisten menteri pertahanan urusan Rusia dan Ukraina, berbicara kepada Kongres bahwa Pentagon telah menilai bahwa amunisi tersebut akan membantu Kiev menembus posisi-posisi Rusia yang saat ini membentengi diri dengan sangat kuat.
Pertimbangan mengenai pemberian amunisi bom tandan kepada Ukraina terjadi ketika beberapa pejabat Amerika Serikat khawatir tentang lambannya serangan balik yang telah lama ditunggu-tunggu tersebut.
Meskipun kebanyakan pejabat Barat tidak akan mengatakan secara terbuka bahwa serangan balik Ukraina berjalan terlalu lambat, namun ada sentimen yang berkembang bahwa Ukraina perlu memanfaatkan cuaca, kondisi di medan, dan dampak yang mungkin timbul dari pemberontakan akhir pekan lalu terhadap kohesi militer Rusia untuk memperkuat kemajuan mereka.
Sumber : Straits Times / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.