PYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un kembali beri perintah aneh dengan menyuruh warganya membuat pupuk kandang dari kotoran sendiri.
Hal itu disebut sebagai bagian dari upaya dalam melawan bahaya kelaparan dan kekurangan makanan yang mengancam negara tersebut.
Sumber dari Daily NK, mengatakan pihak berwenang Korea Utara telah memerintahkan untuk memulai apa yang disebut sebagai “pertarungan kotoran”.
Sumber itu mengatakan sejak akhir tahun lalu, pihak otoritas menegaskan pembuatan pupuk itu harus dimulai di awal tahun ini.
Baca Juga: Jet Tempur Canggih Taiwan yang Jatuh ke Laut Akhirnya Ditemukan, tapi Pilot Masih Hilang
“Sejak 4 Januari, berdasarkan tugas mereka dan inminban (pengawasan lingkungan), warga harus memulai produksi pupuk dari kotoran manusia,” ujar sumber itu.
Sumber dari Provinsi Hamgyong Utara itu mengungkapkan, produki pupuk itu harus segera dimulai setelah liburan kalender matahari (1 hingga 3 Januari).
Sumber itu mengatakan penugasan pembuatan pupuk kandang itu dilakukan secara intensif selama 10 hari.
“Tugas kami adalah menghasilan 500kg (pupuk kandang) per buruh pabrik, dan 150kg, per inminban selama sepuluh hari,” ujarnya.
Sebelumnya, setiap buruh ditugaskan memproduksi sekitar 100 hingga 300kg.
Korea Utara mempromosikan pertanian sebagai fondasi universal dan menekankan bahwa itu adalah prioritas pertama dari ekonomi sosialis.
Namun, pasokan pupuk yang dibutuhkan untuk pertanian masih kurang.
Akibatnya penduduk setempat diperintahkan untuk memproduksi pupuk setiap tahun dengan nama “perang pupuk”.
Pemerintah Korea Utara memang telah memusatkan perhatian pada bidak pupuk, setelah mengalami kemunduran hingga terjadinya “Maret yang Sulit” pada 1990-an.
Untuk menandai tahun, seluruh negeri dikerahkan untuk memproduksi pupuk kandang.
Namun masalah terus meningkat dengan adanya perintah itu.
Pertama, penduduk lokal menderita karena kekurangan kompos setiap tahun.
Baca Juga: Kim Jong-Un Dihina Rakyatnya Sendiri dengan Grafiti, Korea Utara Cari Pelaku Lewat Tulisan Tangan
Karena ditugaskan untuk produksi dalam jumlah yang tak memungkinkan, penury kompos mulai berkeliaran.
Hal itu pun sering menimbulkan konflik di antara tetangga.
“Karena keadaan darurat virus Corona telah mempersulit produksi atau impor pupuk, tampaknya mereka telah meningkatkan jumlah yang ditugaskan kepada kami,” katanya.
“Pada akhirnya, beban mengumpulkan pupuk yang diperlukan untuk pertanian semuanya jatuh ke pundak masyarakat biasa,” kata sumber tersebut.
Sumber : Daily NK
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.