JAKARTA, KOMPAS.TV - Istilah resistensi antibiotik tengah ramai menjadi perbincangan di laman media sosial TikTok. Istilah ini ramai setelah ada seorang warganet yang mengunggah sebuah foto berisikan hasil tes terhadap antibiotik.
Lalu apa itu resistensi antibiotik?
Melansir laman organisasi kesehatan dunia WHO, resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri beradaptasi dan mengembangkan kemampuan untuk melawan balik obat yang dirancang untuk membunuh mereka. Artinya, bakteri menjadi kebal dan tidak bisa sembuhkan dengan antibiotik.
Antibiotik merupakan jenis obat yang bekerja melawan bakteri penyebab infeksi dan penyakit pada manusia atau hewan. Pada kondisi resistensi antibiotik, penyakit yang dahulu pernah mudah ditangani menjadi penyakit yang kini lebih berbahaya karena bakteri sudah resisten.
Baca Juga: Atasi Penyakit Kelamin Kaum Gay dan Biseksual, Aparat Kesehatan AS akan Usulkan Antibiotik Murah Ini
Bakteri yang resisten ini dapat terus tumbuh dan berkembang biak. Bahkan, bakteri ini bisa saja menyebar ke orang lain.
Saat ini, beberapa jenis penyakit diketahui sudah sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan akibat resistensi antibiotik yang semakin umum. Beberapa contoh penyakit yang terkena dampak besar dari resistensi antibiotik antara lain pneumonia, tuberkulosis, sepsis, dan gonore.
Penyebab Resistensi Antibiotik
Melansir laman NHS, resistensi antibiotik dapat terjadi melalui proses natural seperti mutasi genetik. Beberapa jenis bakteri menetralisasi antibiotik dan membuatnya menjadi tidak berbahaya untuk dirinya.
Sementara bakteri lainnya belajar untuk mengeluarkan antibiotik dari tubuhnya sebelum memberikan efek merugikan. Kemudian, bakteri bisa juga mengubah struktur luarnya sehingga antibiotik tidak dapat menempel dan membunuh bakteri tersebut.
Baca Juga: Perlu Diketahui, Ini 5 Efek Samping Obat Antibiotik
Pemakaian antibiotik, terutama secara berlebihan dan salah sasaran, turut mempercepat proses resistensi antibiotik. Contohnya adalah pemakaian antibiotik untuk penyakit yang kebanyakan disebabkan oleh virus, seperti pilek, dan sakit tenggorokan.
Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, obat tersebut akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik. Namun, bakteri yang resisten antibiotik tidak akan mati dan bebas berkembang biak.
Akibatnya, lama-kelamaan kebiasaan pemakaian antibiotik akan berperan pada penambahan jumlah bakteri yang resisten.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.