YANGON, KOMPAS.TV – Para demonstran di Myanmar menembakkan ketapel dan melemparkan bom Molotov ke arah barisan aparat Myanmar pada Rabu (17/3/2021). Aksi melawan balik yang dilakukan para demonstran ini merupakan insiden langka yang dilakukan oleh demonstran anti kudeta di tengah aksi kekerasan oleh aparat Myanmar yang terus terjadi.
Aksi perlawanan oleh para demonstran ini terjadi setelah sebuah organisasi menyebut bahwa sudah lebih dari 200 orang tewas sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari silam. Setidaknya 2 orang ditembak mati dalam aksi unjuk rasa pada Rabu (17/3/2021) di barat-laut Myanmar.
Baca Juga: Dua Orang Tewas dalam Demonstrasi, Aksi Kekerasan di Myanmar Terus Berlangsung
Aksi unjuk rasa melawan kudeta yang telah melengserkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi telah menunjukkan kekuatan bertahan yang luar biasa dan tetap berlangsung damai, meskipun ada pembatasan akses internet, pemberlakuan darurat militer di beberapa tempat, dan respon yang sangat kejam dari polisi Myanmar. Para demonstran menemukan beragam cara inovatif untuk untuk tetap melanjutkan aksi di tengah aksi kekerasan yang dilancarkan polisi dan militer Myanmar, termasuk membuat tameng dari plakat, membuat senjata rakitan, hingga menggunakan tabung pemadam kebakaran untuk melindungi sesama demonstran dari kejaran aparat.
Pada Rabu (17/3/2021), Associated Press melaporkan, setelah aparat melancarkan rentetan tembakan di Yangon, para demonstran semula kocar-kacir melarikan diri, namun kemudian merayap kembali dan berlindung di balik barikade karung pasir. Beberapa di antara para demonstran melempar bom molotov, sementara lainnya membidik dengan ketapel, meski sasarannya berada terlalu jauh dari jangkauan.
Asosiasi Bantuan Untuk Para Tahanan Politik yang independen yang mendata jumlah korban tewas akibat kekerasan aparat Myanmar, menyebut bahwa per hari Selasa (16/3/2021), sudah 202 orang tewas terbunuh dan 2.181 orang ditangkap dan didakwa.
“Junta tak cuma menyasar para demonstran, tapi juga warga biasa menggunakan senapan penembak jitu, tak peduli waktu dan tempat,” kata asosiasi itu.
Baca Juga: Taktik Demonstran Myanmar Gunakan Sarung Perempuan Lawan Aparat
“Sejumlah orang yang terluka ditangkap dan tewas tanpa mendapat akses perawatan medis, sejumlah lainnya tewas karena disiksa dalam interogasi, sejumlah lainnya yang ditembak mati dalam aksi unjuk rasa diseret tanpa belas kasihan dan junta tak mengembalikan jenazah mereka pada keluarga mereka,” terang asosiasi tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.