Baca Juga: Otoritas Kesehatan Kanada Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Besutan Pfizer
Vaksin tersebut telah mendapat otorisasi penggunaan darurat di setidaknya 15 negara.
Inggris, Kanada, dan AS mengesahkan vaksin untuk digunakan sesuai dengan ketentuan darurat, yang berarti suntikan itu adalah produk tanpa izin dengan penggunaan sementara yang dibenarkan, disebabkan pandemi yang telah menewaskan hampir 1,7 juta orang di seluruh dunia hingga saat ini, menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.
Swiss menjadi negara pertama pada Sabtu yang mengesahkan vaksin Pfizer/BioNTech sesuai dengan prosedur perizinan normal. Persetujuan EMA juga mengikuti proses reguler, hanya dengan jadwal yang dipercepat dan dengan syarat perusahaan farmasi menyerahkan data tindak lanjut vaksin mereka untuk tahun depan.
Dalam sebuah pernyataan pekan lalu yang tampaknya membahas kekhawatiran beberapa orang di Eropa tentang kecepatan proses, EMA menekankan bahwa vaksin hanya akan disetujui setelah penilaian ilmiah menunjukkan manfaat keseluruhannya melebihi risikonya.
“Manfaat vaksin dalam melindungi orang dari COVID-19 harus jauh lebih besar daripada efek samping atau potensi risiko apa pun,” demikian pernyataan badan tersebut.
Baca Juga: FDA Amerika Serikat Terbitkan Kajian Positif Tentang Vaksin Covid-19 Besutan Pfizer dan BioNTech
Para ilmuwan masih menunggu data tindak lanjut jangka panjang untuk melihat berapa lama kekebalan dari vaksin bisa bertahan dan apakah ada efek samping yang langka atau serius.
Pengujian akhir vaksin masih berlangsung; apakah diperlukan informasi lebih lanjut tentang bilamana suntikan vaksin berhasil pada anak-anak, selain tentang efeknya pada wanita hamil.
Vaksin buatan Pfizer dan BioNTech tidak dibuat dengan virus corona, yang berarti tidak ada kemungkinan siapa pun dapat tertular dari suntikan. Sebaliknya, vaksin tersebut berisi potongan kode genetik yang melatih sistem kekebalan untuk mengenali protein berduri di permukaan virus.
Pada hari Inggris memulai vaksinasi besar-besaran, pihak berwenang memperingatkan orang-orang yang memiliki reaksi alergi parah untuk tidak mendapatkan suntikan setelah dua orang menderita reaksi alergi yang serius; belum jelas apakah reaksi tersebut disebabkan oleh imunisasi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit A.S, CDC, mengatakan mereka mendapati enam kasus reaksi alergi parah pada hari Jumat dari lebih dari seperempat juta suntikan vaksin BioNTech-Pfizer yang diberikan kepada masyarakat, termasuk pada satu orang dengan riwayat reaksi vaksinasi.
BioNTech dan Pfizer menawarkan 400 juta dosis vaksin kepada Uni Eropa, tetapi Komisi Eksekutif blok tersebut memilih untuk membeli hanya 200 juta dosis, dengan opsi untuk 100 juta lebih.
EMA berencana mengadakan pertemuan pada 12 Januari untuk mengambil keputusan atas izin penggunaan vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Moderna.
Saat ini, EMA sedang mengkaji vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, serta dan satu lagi perusahaan farmasi Janssen, tetapi tidak satu pun dari mereka yang membuat permintaan resmi kepada EMA untuk menyetujui vaksin mereka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.