JAKARTA, KOMPAS.TV – Mutiara Laut Selatan Indonesia atau Indonesian South Sea Pearl (ISSP) memiliki sejumlah keunggulan. Keunggulan ini dapat memperkuat citra dari produk sektor kelautan nasional.
"Salah satunya ukuran lebih besar antara 9-17 mm dengan range warna dari white, silver ke gold, sehingga sangat digemari di pasar luar negeri," ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti dalam rilis di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Sebagai gambaran, ekspor mutiara Indonesia periode 2017 - 2021 mengalami fluktuasi, dari 51,4 juta dolar AS pada 2017, menurun menjadi 44,4 juta dolar pada 2021 (BPS 2022, diolah Ditjen PDSPKP).
ISSP umumnya diperdagangkan dalam bentuk butiran dan perhiasan melalui lelang baik di pasar domestik maupun internasional, utamanya di Jepang, Hong Kong, dan Australia.
Saat ini, harga butiran atau loose pearl ISSP ada di sekitar harga 15-25 dolar per gram. "Sentra budidaya mutiara tersebar di Provinsi Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua," jelas Artati.
Oleh karena itu, Artati mengajak berbagai kalangan untuk turut mempopulerkan ISSP, terlebih mutiara merupakan salah satu sumber daya laut Indonesia sebagai penyumbang devisa negara.
Baca Juga: Jumlah Kapal Asing Penangkap Ikan Ilegal Turun, KKP Fokus Benahi Praktik Dalam Negeri
"Mari kita semua perkuat branding mutiara south sea pearl Indonesia agar di pasar global tidak kalah dengan south sea pearl yang dihasilkan dari Australia, Filipina dan Myanmar," tuturnya.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ernawati Trenggono menilai, kurangnya edukasi bisa menyebabkan masyarakat salah dalam memilih mutiara.
Untuk itu, Ernawati mengimbau ibu-ibu DWP untuk memakai mutiara Indonesia pada setiap kesempatan, baik pada acara resmi maupun dalam kegiatan sehari-hari guna mengedukasi sekaligus memopulerkan mutiara asli Indonesia
"Mari kita tunjukkan bahwa Mutiara Laut Selatan Indonesia adalah identitas wanita Indonesia," kata Ernawati.
Sementara itu, Ketua Divisi Hilir Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Fara Nasution membagikan tips membedakan mutiara asli dengan palsu.
Ia mengenalkan teknik 3 M: membakar, membaret dan menggosok guna mengetahui keaslian dan kualitas mutiara.
"Jika tidak terjadi perubahan saat dibakar, dia asli. Lalu jika dibaret dan disapu pakai tangan mulus lagi, itu juga asli. Atau gosok antar mutiara, kalau asli permukaannya mulus," jelasnya.
Baca Juga: Mutiara Melo Oranye Sangat Langka ditemukan Nelayan Thailand, Ditawar Hampir 5 Miliar Rupiah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.