“Apakah ini ditembakkan sendiri atau tidak, karena biasanya kalau ditembakkan sendiri itu jarak dekat, biasanya ada jelaga yang menempel di bajunya.”
“Di sini apakah ada juga jelaga yang menempel di bajunya, kalau memang dari jarak dekat. Tapi kalau dari jarak jauh, lain lagi,” tuturnya.
Selain itu, dari jumlah peluru yang ditembakkan pun akan memberi petunjuk pada kasus tersebut.
“Dan berapa tembakan yang keluar, ini pun juga kan belum jelas.”
“Kalau misalkan banyak, beberapa peluru, ini ada kemungkinan orang lain, tapi kalau satu peluru bisa saja tidak sengaja,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Anton menegaskan, jumlah peluru yang ditembakkan dari senjata itu sangat penting, demikian pula dengan proyektil dan selongsong peluru.
“Jadi ini sangat penting berapa banyak pelurunya, dan sangat penting juga proyektil itu harus ditemukan,” kata dia.
“Kan misalnya ada selongsong, selongsong yang ditemukan ada berapa, apakah cuma satu atau banyak.”
Sebelumnya, Kompas.TV memberitakan, Brigadir SH alias Setyo Herlambang ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar di rumah dinas Kapolda Kaltara Irjen Daniel Aditya.
Tepat di samping jenazah tergeletak senjata api jenis HS-9 dengan nomor senpi: HS178837, inventaris dinas.
Ia ditemukan meninggal dunia di kamar rumah dinas ajudan sekira pukul 13.10 WITA, Jumat (22/9).
Baca Juga: Keluarga Tuntut Keterbukaan Hasil Otopsi Pengawal Kapolda Kaltara
Dugaan sementara, Setyo tewas karena lalai saat membersihkan senjata miliknya di dalam kamar.
Sementara itu, berdasarkan hasil autopsi jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara Jawa Tengah, disebutkan Brigadir Setyo Herlambang tewas karena luka tembak pada dada sebelah kiri hingga mengenai jantung dan paru-paru.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.