Meski guncangannya tidak besar, gempa bumi swarm juga perlu diwaspadai oleh masyarakat karena guncangannya berulang.
Guncangan yang berulang dapat melemahkan struktur bangunan yang memang sudah lemah.
“Karena goncangan yang terjadi kalau terus terjadi akan melemahkan struktur bangunan yang sudah lemah, dan itu bisa mengalami kerusakan. Ini yang harus diwaspadai,” tuturnya.
Baca Juga: Gempa Guncang Salatiga 14 Kali karena Aktivitas Sesar Merapi-Merbabu
Daryono melanjutkan, jika melihat dari sejarah gempa bumi, kawasan Salatiga, Ambarawa, dan sekitarnya pernah diguncang oleh gempa bumi tektonik, yakni pada tahun 1849, 1865,1866,1877, dan terakhir pada 17 Februari 2014 lalu.
Gempa bumi pada 17 Februari 2014 merupakan gempa yang merusak, yang berdekatan dengan sesar Merapi, Merbabu, Telomoyo, serta sesar aktif lainnya yaitu Sesar Rawa Pening.
Melihat sejarah tersebut, dia menyarankan agar masyarakat di Salatiga dan sekitarnya perlu diberikan edukasi.
“Karena bagaimanapun juga kita harus menyiapkan bangunan yang kokoh, karena daerahnya dekat sumber gempa dan ada pengalaman terjadi gempa merusak pada masa lalu.”
Masyarakat juga perlu dididik cara-cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa. Harus ada sosialisasi pada masyarakat di sana, sehingga meskipun daerahnya rawan gempa, masyarakat bisa mengantisipasi baik dengan bangunan yang tahan gempa maupun cara menyelamatkan diri.
Mengenai imbauan untuk warga setempat, Daryono mengatakan, untuk sementara mereka boleh tetap beraktivitas seperti biasa, karena hingga saat ini kita belum mendapatkan laporan kerusakan bangunan di daerah gempa tersebut.
“Sejauh ini masih berupa guncangan, tapi masyarakat diimbau tetap tenang, tidak perlu panik tapi tetap waspada karena kita tidak bisa memprediksi ke depan itu seperti apa. Harapan kita ini adalah gempa swarm,” tegasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.