JAKARTA, KOMPAS.TV - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) dilaporkan tengah mengalami peningkatan rata-rata temperatur udara.
Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut wilayah DIY dan Jateng saat ini terasa lebih panas dari sebelumnya.
Secara spesifik, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kenaikan suhu lebih banyak terjadi di wilayah tengah dari kedua provinsi tersebut dibanding daerah pesisirnya.
Dwikorita menambahkan, penyebabnya tidak lain adalah peningkatan emisi gas 'rumah kaca' yang semakin diperparah oleh tingginya laju perubahan pola guna lahan.
Baca Juga: Peringatan BMKG: 19 Wilayah Ini Alami Cuaca Ekstrem
"Ternyata memang ada korelasi khusus antara penutup lahan dengan kenaikan suhu,” kata Dwikorita dikutip dari Kompas.com, Senin (11/10/2021).
Lebih lanjut, Dwikorita menyampaikan, BMKG pun tengah berupaya mengumpulkan data lebih jauh ke belakang, yakni selama kurun waktu 50 tahun, guna melihat seberapa signifikan perubahan suhu udara di DIY dan Jateng.
Jika mengacu perjanjian Paris, semestinya sebuah negara memiliki kebijakan dan aksi iklim untuk mencegah kenaikan suhu Bumi supaya tidak melewati ambang batas sebesar dua derajat Celsius.
Sehingga, Dwikorita memastikan, pihaknya akan terus berupaya semaksimal mungkin agar kenaikan suhu di sejumlah daerah tidak melewati ambang batas 1,5 derajat Celcius, terlebih di DIY dan Jateng.
Baca Juga: BMKG: Daerah Ini Berpotensi Gelombang Tinggi Akibat Siklon Tropis Kompasu
Dwikorita mengungkapkan, saat ini BMKG juga tengah menyoroti kenaikan suhu di sekitaran Gunung Merapi yang disinyalir mencapai 0,7 derajat Celcius selama 30 tahun terakhir.
Hasil pantuan terhadap Gunung Merapi itu tentu menandakan ada perubahan iklim secara mikro yang jika dibiarkan dapat memengaruhi kualitas lingkungan di seluruh wilayah DIY dan Jateng.
Karena, menurut Dwikorita, kawasan lindung Gunung Merapi memegang peranan besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan di wilayah DIY dan Jateng.
"Jika kawasan ini rusak, maka akan mempengaruhi kemampuan kawasan di sekitarnya dalam hal adaptasi perubahan iklim," ujar Dwikorita.
Sebagai solusi terkini, Dwikorita menuturkan, segala macam upaya mitigasi sebagai bentuk tanggung jawab serta kepedulian terhadap kualitas lingkungan harus segera dilakukan leh semua pihak.
Baca Juga: Tak Hanya Covid-19, Jusuf Kalla Ajak Waspadai Hal Ini: Ahli Sebut Perubahan Iklim Munculkan Bencana
Adapun, sebagai wakil Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi merasa prihatin terhadap kondisi di kawasan Gunung Merapi saat ini.
Ia mengemukakan, Keraton Yogyakarta pastinya akan menindaklanjuti hasil analisis dari BMKG itu, khususnya yang menyangkut kondisi di Gunung Merapi.
Salah satunya, lanjut GKR Mangkubumi, yakni dengan menjalin komunikasi langsung dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng yang wilayahnya juga berada di sekitar Gunung Merapi.
"Semoga (kondisi di Gunung Merapi) ini juga menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, karena kondisi di Klaten dan Magelang juga sudah memprihatinkan," papar GKR Mangkubumi.
"Hasil (analisis dari BMKG) ini tentunya akan menjadi bahan tambahan untuk membangun kesepakatan dan pijakan dalam pengelolaan penataan di Kawasan Gunung Merapi," pungkasnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.