BEIJING, KOMPAS.TV — Guangzhou FC, klub sepak bola paling sukses dalam sejarah China, resmi dibubarkan pada Senin (6/1/2025) setelah gagal memenuhi persyaratan finansial yang ditetapkan Asosiasi Sepak Bola China (CFA). Keputusan ini menandai berakhirnya era “klub super” yang sempat menguasai dunia sepak bola Asia.
Dalam pernyataannya, Guangzhou FC menyebut beban utang dari musim-musim sebelumnya menjadi penyebab utama pembubaran tersebut.
“Karena beban keuangan yang berat, klub tidak dapat melunasi seluruh utang hingga tenggat waktu yang ditetapkan,” demikian pernyataan resmi klub dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Apa yang Terjadi sebelum Laga Timnas Indonesia vs China yang Jadi Alasan Pemecatan Shin Tae-yong?
“Kami meminta maaf kepada seluruh pendukung dan berterima kasih atas pengertian serta dukungan mereka.”
Guangzhou FC, sebelumnya dikenal sebagai Guangzhou Evergrande, mulai mencuri perhatian dunia ketika diambil alih oleh perusahaan pengembang properti Evergrande pada 2010.
Dengan investasi besar, klub ini mendatangkan sejumlah pemain dan pelatih ternama untuk meningkatkan kualitas tim.
Nama-nama besar seperti pemain asal Brasil Paulinho serta pelatih asal Italia Marcello Lippi dan Luiz Felipe Scolari turut membawa Guangzhou meraih prestasi gemilang.
Klub ini memenangkan delapan gelar Chinese Super League berturut-turut pada periode 2011 hingga 2019, serta dua kali menjadi juara Liga Champions Asia pada 2013 dan 2015.
Kesuksesan Guangzhou tersebut lantas memicu tren belanja besar-besaran oleh klub-klub China lainnya.
Sejumlah bintang dunia, seperti Carlos Tevez, Nicolas Anelka, Didier Drogba, dan Oscar, turut meramaikan kompetisi sepak bola di Negeri Tirai Bambu.
Namun, dominasi tersebut mulai memudar seiring dengan krisis keuangan yang melanda Evergrande. Pada 2021, perusahaan itu melaporkan utang mencapai lebih dari 300 miliar dolar AS.
Baca Juga: Putin Tak Juga Pakai Senjata Nuklir di Perang Ukraina, AS Yakin Ada Peran China
Situasi itu berdampak langsung pada kondisi finansial Guangzhou FC, yang pada akhirnya terdegradasi ke divisi kedua pada 2022.
Guangzhou FC bukan satu-satunya klub yang harus membubarkan diri karena krisis finansial.
Di hari yang sama, klub Chinese Super League lainnya, Cangzhou Mighty Lions, juga mengumumkan pembubaran. Klub divisi tiga, Hunan Billows, mengikuti langkah serupa.
Asosiasi Sepak Bola China menegaskan bahwa masa depan sepak bola di negara itu bergantung pada stabilitas finansial klub.
“Klub harus berorientasi jangka panjang, menjaga operasi keuangan tetap sehat, dan dengan sabar berinvestasi pada pemain muda agar membangun masa depan yang kuat,” demikian pernyataan CFA.
Dari total klub yang mendaftar untuk musim kompetisi 2025, sebanyak 49 tim dinyatakan telah memenuhi persyaratan finansial untuk berkompetisi di tiga divisi teratas.
Baca Juga: Apa Itu HMPV yang Lagi Merebak di China dan Bagaimana Gejalanya? Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.