“Karena memang keberadaan Yogyakarta itu punya sejarah tersendiri, bagian dari republik yang ketika awal republik baru berdiri itu memang menggabungkan diri untuk memperkuat republik.”
Ia mengatakan Sultan Yogyakarta memainkan peran sejak era transisi kemerdekaan, Orde Lama ke Orde Baru, lalu dari Orde Baru ke pascareformasi.
Posisi Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah, menurut dia, juga penting.
“Jogja secara jumlah pemilih mungkin nggak besar. Tetapi kita tahu bahwa Jogja dan sekitarnya hari ini ya, karena Jogja ini kan kanan kiri Jawa Tengah semua wilayahnya,” tambah Nyarwi.
Posisi tersebut, lanjut dia, bisa dikaitkan dengan konteks pilpres secara elektoral, dan membuat Yogyakarta menjadi 'medan pertempuran' atau battle ground.
Baca Juga: Jokowi Resmikan 7 Ruas Jalan di Yogyakarta, Gunakan Anggaran Rp 162 M
“Saya pakai data report-nya Kompas ya. Survei 29 November sampai 4 Desember (2023). Di situ disebutkan Prabowo-Gibran katanya unggul di enam dapil di Jawa Tengah, sementara Ganjar-Mahfud misalnya disebutkan hanya empat, itu contoh ya.”
“Tapi di level kabupaten/kota bisa jadi agak sedikit berbeda, saya sendiri punya datanya. Nah ini yang menjadikan kompetisi ini luar biasa ketat nih, di Jateng-DIY ya,” tuturnya.
Seperti diberitakan, tiga capres yang akan bertarung pada Pilpres 2024 telah menemui Sri Sultan. Ganjar Pranowo bertemu dengan Sultan pada 27 Desember 2023.
Kemudian pada 22 Januari 2024, giliran pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mengunjungi Sultan.
Terakhir, Anies Baswedan bertemu Sultan pada 24 Januari 2024.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.