BRUSSELS, KOMPAS.TV - China kena imbas atas dikirimnya tentara Korea Utara untuk bantu perang Rusia di Ukraina.
NATO dan Uni Eropa (UE) meningkatkan upaya ke China untuk paksa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk berhenti mengirim tentara dan dukungan lainnya ke Rusia.
Berdasarkan penilaian intelijen Amerika Serikat (AS), Korea Selatan dan Ukraina mengungkapkan 12.000 tentara Korea Utara telah dikirimkan ke Kursk yang berbatasan dengan Ukraina.
Baca Juga: Presiden Prabowo Lanjutkan Kunjungan Luar Negeri ke Peru, Hadiri KTT APEC
Di sana, mereka akan membantu tentara Rusia untuk memukul mundur pasukan Ukraina, yang menduduki kota tersebut sejak serangan kejutan awal Agustus lalu.
NATO mengungkapkan bahwa Rusia telah mengirim teknologi rudal ke Korea Utara sebagai balasan atas bantuan tersebut.
Ketika Rusia mengeksploitasi keunggulan militernya di Ukraina, AS ingin sekutu-sekutunya memberikan tekanan politik pada China untuk mengendalikan Korea Utara.
Sejak Pyongyang dan Beijing menjalin hubungan diplomatik pada 1949, hubungan mereka digambarkan sedekat bibir dan gigi.
“China memingkul tanggung jawab khusus di sini, untuk menggunakan pengaruhnya di Pyongyang dan Moskow untuk memastikan mereka menghentikan tindakan tersebut,” kata Sekjen NATO Mark Rutte dikutip dari Associated Press, Kamis (14/11/2024).
Rutter juga mengatakan ketika mengunjungi Latvia, bahwa pertukaran teknologi rudal merupakan bentuk ancaman langsung, tak hanya untuk Eropa, tetapi juga untuk Jepang, Korea Selatan dan dataran AS.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Josep Borrell ikut berusara atas pengerahan tentara Korea Utara untuk membantu Rusia saat mengunjungi Jepang dan Korea Selatan.
Baca Juga: Pembelot Korea Utara Bantu Ukraina Hadapi Tentara Kim Jong-Un, Gunakan Cara yang Tak Biasa Ini
“Ini menandai bahwa esklasi berada dalam posisi yang paling serius, yang mana tentunya ada di dasar pembicaraan kami dengan pemimpin Jepang dan Korea Selatan,” tulis Borrell pada blog-nya.
Borrell pun memuji kesimpulan dari perjalanannya untuk kerja sama pertahanan dan keamanan dengan Jepang dan Korea Selatan, yang menurutnya menjadi yang pertama di luar Eropa.
“UE jelas tak lahir sebagai aliansi militer, namun pada konteks geopolitik saat ini, itu bisa dilakukan dan harus menjadi penyedia keamanan global dan partnernya,” kata Borrell.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.