Ia pun menyarankan agar pemerintah melakukan skrining terhadap orang-orang dari luar negeri yang ingin datang ke Indonesia.
Baca Juga: Covid-19 Mengganas di Jepang dan China, Pemerintah Indonesia Masih Monitor Perkembangan Kasus
Apalagi, kata Dicky, arus lalu lintas antara Indonesia dengan China dan Jepang sangat aktif. Kondisi tersebut, menurut dia, membutuhkan mitigasi. Pelancong dari negara-negara tesebut sebaiknya memenuhi kriteria orang yang memang sudah booster, tidak bergejala, dan menjalani tes PCR.
"Walaupun ini (skrining) juga tidak memastikan bahwa tidak ada dampak adanya subvarian-subvarian baru dari China, tapi setidaknya ini memberikan kita keleluasaan waktu untuk mempersiapkan diri," jelasnya.
Selain itu, ia menyarankan agar pemerintah memberlakukan aturan bagi pendatang dari luar negeri untuk isolasi setidaknya selama tiga hari setibanya mereka di Indonesia.
"Setidaknya tiga hari di hotel atau tempat yang ditunjuk itu dia tidak menunjukkan gejala," terang laki-laki yang sedang menempuh studi doktoral di Griffith University, Australia itu.
Menurut Dicky, pemerintah tak perlu menutup perbatasan atau melarang orang untuk datang ke Indonesia. Namun, ia menyarankan pemerintah Indonesia memperkuat mitigasi dengan cara skrining.
Baca Juga: Covid-19 Menggila, Jepang Catat Rekor 438 Kematian Harian, Infeksi Tembus 200 Ribu Kasus
Ia juga menyarankan pemerintah memberi imbauan agar masyarakat Indonesia tidak melakukan perjalanan ke Negara Tirai Bambu itu hingga bulan-bulan awal pada tahun 2023 mendatang.
"Kalau saya sih menyarankan jangan dulu ke China sampai setidaknya awal atau pertengahan Februari," jelasnya.
Baca Juga: Covid-19 di Jepang Tembus 1 Juta dalam Sepekan, Indonesia Tempati Urutan ke-28 Dunia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.