JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada hari ini, Kamis (3/11/2022) akan ada fenomena langka dalam astronomis, yakni siang hari akan lebih cepat terjadi. Akibatnya, waktu dan jadwal salat diprediksi lebih cepat di sejumlah wilayah di Indonesia.
Lewat akun resminya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan, bahwa fenomena ini lantaran fenomana perputaran matahari.
"Fenomena tengah hari yang lebih cepat pada tanggal 3 November (hari ini-red) dikarenakan nilai perata waktu yang lebih besar sehingga matahari akan transit lebih cepat dibandingkan dengan hari-hari biasanya dalam setahun," tulis @LAPAN_RI pada 31 Oktober 2022 lalu.
Secara umum, lanjutnya, dampak tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbit Matahari lebih cepat.
Lantas, LAPAN juga menjelaskan, bahwa untuk muslim waktu salat lebih cepat dari waktu biasa.
"Bagi umat muslim, waktu salat duha maupun waktu subuh sekaligus awal fajar astronomis yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah selatan Indonesia," tambahnya.
"Selain itu juga menyebabkan waktu terbenam Matahari (magrib) maupun waktu isya sekaligus akhir senja astronomis (awal malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah utara Indonesia.
Baca Juga: Besok Ada Fenomena Tengah Hari Datang Lebih Cepat, Apa Dampaknya?
Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Antariksa Nasional (BRIN) menyebut ini siang lebih cepat ini merupakan fenomena yang jarang terjadi.
Ada sejumlah wilayah yang terdampak.
"(Disebabkan) karena nilai perata waktu yang lebih besar sehingga Matahari akan transit lebih cepat dibandingkan dengan hari-hari biasanya dalam setahun,” kata peneliti BRIN Andi Pangerang dalam keterangan tertulisnya dikutip dari pemberitaan Kompas TV.
Andi menjelaskan nilai perata waktu ketika tengah hari pada 3 November 2023 di Indonesia adalah +16 menit 27 detik. Akibatnya, tengah hari lebih awal ini akan menyebabkan waktu terbit Matahari lebih cepat.
Adapun untuk waktu Salat Duha dijelaskan, terjadi saat ketinggian Matahari mencapai +4,5 derajat atau sepenggalah. Waktu Salat Subuh sekaligus awal fajar astronomis (akhir malam astronomis) lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya.
"Terutama bagi wilayah selatan Indonesia seperti Jawa dan Nusa Tenggara," paparnya.
Hal ini, lanjutnya, karena durasi malam hari yang semakin lebih kecil jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan selatan pada umumnya.
Baca Juga: Semburat Senja 'Manhattanhenge' di New York kembali Terjadi, Fenomena Alam Tak Biasa
Ditambah lagi dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga ketiga waktu salat menjadi lebih cepat.
Adapun Andi Pangereng lantas menjelaskan, fenomena tengah hari lebih awal juga mengakibatkan waktu terbenam Matahari (Maghrib) maupun waktu Isya sekaligus akhir senja astronomis (awal malam astronomis) lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya
"Ini terutama bagi wilayah utara Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, dan Kepulauan Sangir-Talaud di Sulawesi Utara," paparnya.
Di samping itu, fenomena tersebut juga mengakibatkan panjang hari surya menjadi tepat 24 jam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.