Kompas TV nasional peristiwa

Cerita Mendebarkan Latief Hendraningrat, Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi Kemerdekaan RI

Kompas.tv - 17 Agustus 2022, 07:40 WIB
cerita-mendebarkan-latief-hendraningrat-pengibar-bendera-merah-putih-saat-proklamasi-kemerdekaan-ri
Pengibar bendera merah putih saat proklamasi 17 Agustus 1945, A. Latief Hendraningrat. (Sumber: KOMPAS/Mamak Sutamat)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Desy Afrianti

"Waktu itu tidak ada protokol yang mengatur seperti sekarang kalau mengibarkan Bendera Pusaka, di mana bendera diserahkan dulu kepada presiden lalu diserahkan kepada pengibar bendera," kata dia.

Baca Juga: Sosok Shimizu, Perwira Jepang yang Sumbang Kain ke Fatmawati untuk Proklamasi 17 Agustus 1945

Bambu jemuran

Latief cerita, saat itu para pengibar bendera mengambil bambu jemuran untuk mengibarkan Bendera Pusaka Merah Putih.  

Alasan memilih bambu jemuran, kata Latief, tiang yang digunakan untuk mengibarkan bendera merupakan bambu jemuran yang telah dipasangi tali untuk mengerek bendera.

“Sebenarnya di halaman depan itu ada dua tiang bendera yang lebih bagus. Tapi kami memilih tiang bendera baru. Kami tak mau menggunakan tiang bendera yang ada hubungannya dengan Jepang," tutur dia.

Prosesi pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945 (Sumber: Kemendikbud)

Pada zaman pendudukan Jepang, bendera Merah Putih sudah boleh dikibarkan asal selalu didampingi bendera Jepang 'Hino-maru'.

"Itulah perasaan kami waktu itu. Bendera Merah Putih jangan ada sangkut pautnya dengan apa saja yang berbau atau bekas Jepang," ujarnya.

Dia pun mengaku tak tahu secara pasti siapa yang mengatur agar dirinya menjadi salah satu pengibar bendera.

Menurutnya, hal itu dilakukan untuk mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta.

Sebab, dalam peraturan Jepang saat itu, siapa pun yang mengibarkan bendera Merah Putih saja tanpa Hino-maru, berarti salah.

Ia bahkan cerita, alasan penunjukkan dirinya agar menjadi pengalih, supaya jika nanti ada apa-apa terkait pengibaran tersebut, biarkan saja dirinya yang ditangkap.

Bukan dua tokoh revolusi tersebut, yakni Bung Karno dan Bung Hatta. 

"Jadi kalau ada apa-apa, bisa didalih bahwa yang salah saya sendiri, bukan Bung Karno atau Bung Hattta yang bisa ditangkap nanti," tuturnya.

Latief Hendraningrat meninggal dunia saat berusia 72 tahun di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta.

Ia wafat  14 Maret 1983 pukul 21.00 WIB. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalbata.




Sumber : Kompas TV/Harian Kompas/kompas.com




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x