Sudarnoto lantas meyakinkan, upaya ini tidak ada hubungan sama sekali dengan sikap terhadap warga atau pemeluk agama Yahudi. Namun, lebih ke urusan politik global.
“Jadi, ini bukan soal ideologis agama Yahudi, tapi soal zionisme politik Israel. Perlakuan Israel ke Palestina yang bisa berpengaruh (pada) urusan diplomasi,” tambahnya.
Sudarnoto lantas menyoroti masalah terkait Israel dan Palestina yang sejak 1948 tidak pernah terselesaikan.
“Kedua, saya ingin mengatakan, penjajahan Israel sejak tahun 1948 adalah bentuk aneksasi dan genosida. Sama jahatnya dengan holocaust,” tambahnya.
Maka dari itu, kata dia, harus jernih melihat persoalan. Kejahatan kemanusiaan siapapun pelakunya, baik oleh Nazi terhadap Yahudi pada Perang Dunia II, pun termasuk yang dilakukan zionisme Israel di Palestina, adalah bentuk kejahatan luar biasa.
“Harusnya Israel diseret ke pengadilan internasional. Lantas, apa hubungannya dengan kita di Indonesia? Pembangunan Museum Holocaust itu melukai warga bangsa Palestina. Kenapa sih di Indonesia?! Karena umat Islam di Indonesia mendukung Palestina. Narasinya nanti berbahaya,” tekannya.
Narasi itu adalah, jelasnya, bahwa Yahudi dan zionisme teraniaya. Israel teraniaya. Padahal, dalam Islam saja, membunuh manusia itu keji.
Jadi, bukan soal Yahudi belaka, tapi soal narasi yang bakal tersebar nanti yang berbahaya terkait klaim dengan adanya musem di penduduk muslim terbesar dunia yang mendukung Palestina.
"Dengan museum itu, narasi yang bakal tersebar adalah hanya bangsa Yahudi yang selalu terzalimi. Yang harus semua orang, semua warga dunia membelanya. Harusnya Palestina juga serupa, mereka juga terzalimi. Ini soal diplomasi,” tandasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.