JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, meminta Museum Holocaust Yahudi yang berada di Minahasa, Sulawesi Utara, untuk menghentikan kegiatannya.
Kata Sudarnoto, MUI meminta warga Yahudi yang ada di daerah tersebut agar lebih sensitif terkait relasi antarumat beragama. Apalagi, pembangunan museum tersebut dinilainya berada di waktu yang kurang tepat.
Ia mengaku, MUI sebenarnya terkejut ketika pertama kali mendengar adanya pembangunan Museum Holocaust Yahudi dan ternyata ada di wilayah Indonesia.
“Ada beberapa alasan. Pertama, suasana tidak menguntungkan dan tempat pembentukan tidak cocok bagi Indonesia,” paparnya kepada KOMPAS TV lewat sambungan telepon, Rabu (2/1/2022).
Sudarnoto lantas menjelaskan menyoal waktu yang dinilainya tak tepat. Lantaran, ini terkait dengan hubungan diplomatik yang sedang gencar dilakukan oleh Israel di negara-negara seperti Indonesia, negara ASEAN dan negara muslim lainnya.
“Kita tahu, negara-negara Islam menolak. Indonesia, Malaysia, Brunei dan seterusnya. Lantas kenapa malah ada di Indonesia?” paparnya.
Sudarnoto lantas memaparkan, ia khawatir Museum Holocaust tersebut berpotensi memudahkan upaya kekuatan politik global yang nantinya akan berpengaruh pada diplomasi Indonesia.
Diplomasi untuk melindungi Palestina dan memerdekakannya, serta melawan Israel.
“Saya khawatir pendirian Museum Holocaust ini justru jadi ruang memudahkan upaya kekuatan politik global meyakinkan Indonesia untuk ikut dalam politik Israel,” tambahnya.
Baca Juga: MUI Dorong Aliansi Masyarakat Dunia agar Boikot Israel
Sudarnoto lantas meyakinkan, upaya ini tidak ada hubungan sama sekali dengan sikap terhadap warga atau pemeluk agama Yahudi. Namun, lebih ke urusan politik global.
“Jadi, ini bukan soal ideologis agama Yahudi, tapi soal zionisme politik Israel. Perlakuan Israel ke Palestina yang bisa berpengaruh (pada) urusan diplomasi,” tambahnya.
Sudarnoto lantas menyoroti masalah terkait Israel dan Palestina yang sejak 1948 tidak pernah terselesaikan.
“Kedua, saya ingin mengatakan, penjajahan Israel sejak tahun 1948 adalah bentuk aneksasi dan genosida. Sama jahatnya dengan holocaust,” tambahnya.
Maka dari itu, kata dia, harus jernih melihat persoalan. Kejahatan kemanusiaan siapapun pelakunya, baik oleh Nazi terhadap Yahudi pada Perang Dunia II, pun termasuk yang dilakukan zionisme Israel di Palestina, adalah bentuk kejahatan luar biasa.
“Harusnya Israel diseret ke pengadilan internasional. Lantas, apa hubungannya dengan kita di Indonesia? Pembangunan Museum Holocaust itu melukai warga bangsa Palestina. Kenapa sih di Indonesia?! Karena umat Islam di Indonesia mendukung Palestina. Narasinya nanti berbahaya,” tekannya.
Narasi itu adalah, jelasnya, bahwa Yahudi dan zionisme teraniaya. Israel teraniaya. Padahal, dalam Islam saja, membunuh manusia itu keji.
Jadi, bukan soal Yahudi belaka, tapi soal narasi yang bakal tersebar nanti yang berbahaya terkait klaim dengan adanya musem di penduduk muslim terbesar dunia yang mendukung Palestina.
"Dengan museum itu, narasi yang bakal tersebar adalah hanya bangsa Yahudi yang selalu terzalimi. Yang harus semua orang, semua warga dunia membelanya. Harusnya Palestina juga serupa, mereka juga terzalimi. Ini soal diplomasi,” tandasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.