JAKARTA, KOMPAS.TV – Banyak netizen yang menanyakan mengapa gempa bumi sering terjadi di malam hari.
Untuk diketahui, sebuah gempa magnitudo 5,2 mengguncang wilayah Aceh di 326 kilometer barat laut Sabang, Jumat (24/9/2021), pukul 22.04 WIB.
Sebelumnya, gempa magnitudo 4,0 juga mengguncang wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Senin (20/9/2021), pukul 22.10 WIB.
Lantas, mengapa gempa sering terjadi di malam hari? Apakah hanya kebetulan atau ada alasan ilmiah di baliknya?
Baca Juga: Dosen UGM Rancang Rumah Tahan Gempa, Begini Detailnya
Melansir pemberitaan Kompas.com yang tayang pada 5 Mei 2020, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menegaskan bahwa gempa kerap terjadi di malam hari hanya kebetulan saja.
Dia mengatakan bahwa tidak ada alasan ilmiah terkait gempa yang sering terjadi di malam hari.
“Analisisnya, ya itu hanya kebetulan kejadiannya pada malam atau dini hari. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa,” kata Daryono, dikutip Sabtu (25/9).
Daryono juga mengatakan bahwa ada banyak gempa yang terjadi di pagi, siang, atau sore hari, sehingga gempa bumi yang sering terjadi di malam hari hanyalah kebetulan belaka.
Terlebih, Indonesia memiliki 13 generator gempa besar yang disebut segmentasi megathrust sehingga kerap terjadi gempa.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Keerom di Papua
Selain itu, terdapat 295 sesar aktif yang tersebar di Indonesia menjadi daerah-daerah sumber gempa.
“Kalau yang 295 sesar aktif tadi banyak yang di daratan, jadi dekat dengan rumah-rumah kita, perkantoran maupun sekolahan,” jelasnya.
Daryono juga mengatakan bahwa banyak masyarakat yang beranggapan bahwa banyak bencana yang terjadi di bulan Desember.
Menurutnya, anggapan seperti ini cukup berbahaya karena membuat orang lain tidak selalu waspada.
“Jawabannya ya cuma kebetulan saja. Tidak bisa di-othak-athik gathuk (dihubung-hubungkan), lalu pada malam hari saja yang waspada. Waspada itu ya harusnya sepanjang hari," papar Daryono.
Ia lantas menjelaskan bahwa gempa terjadi karena proses fisi berupa patahan batuan kulit bumi yang tidak terpengaruh oleh waktu, baik pagi, siang, sore, maupun malam.
Baca Juga: Potensi Terjadi Gempa Dan Tsunami, Kabupaten Pacitan Siapkan Langkah Kewaspadaan
Saat batuan atau kulit bumi tidak lagi mampu menahan dorongan, bebatuan tidak bisa lentur lagi dan mengalami dislokasi secara tiba-tiba.
“Sehingga terjadi patahan yang kemudian memancarkan gelombang seismik atau gelombang gempa,” terangnya.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.