“Beliau orangnya nyentrik. Jadi kadang pakaian kayak raja, kadang pakaiannya lain lagi, kadang pakaian pendekar. Beliau senang dengan kesenian. Karena kita juga senang memakai pakaian pencak silat, asli budaya Banten,” tutur Jamil.
Kesenangan dengan budaya itu, kata Jamil, membuat Iskandar Jamaluddin pun membuat rumah dengan ornamen-ornamen kerajaan.
Baca Juga: Bertapa di Gunung dan Punya 4 Istri, Ini Fakta Kerajaan Angling Dharma
“Bangunan pun seperti ornamen-ornamen dan singgasana dari kayu. Barangkali, beliau senang dengan kerajaan-kerajaan,” ujar Jamil.
Di sisi lain, Mufti Ali, sejarawan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten menegaskan bahwa tidak ada Kerajaan Angling Dharma di Banten.
“Dalam historiografi lokal, baik yang ditulis orang Banten maupun peneliti dari luar, termasuk peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional memang tidak pernah ada istilah kerajaan Angling Dharma sebagai sebuah entitas politik. Angling Dharma lebih pada cerita rakyat, seperti cerita lainnya,” jelas Mufti.
Ia menambahkan, fenomena kemunculan sosok besar yang dermawan dan suka menolong rakyat ini sudah sering terjadi di Banten.
“Dalam sejarah 400 tahun di Banten, sering kali muncul. Dulu ada Nyimas Gamparan di selatan dan wilayah Serang timur. Kemudian, juga ada gerakan-gerakan ratu adil Ki Wasyid di Cilegon, Mas Zakaria,” papar Mufti.
Menurut Mufti, masyarakat sekitar pun menerima begitu saja Angling Dharma karena masih memiliki pengetahuan tradisional dan tidak memahami sejarah kerajaan-kerajaan di Banten.
“Saya kira fenomena Angling Dharma ini sebenarnya lebih kepada masyarakat yang basis pengetahuannya masih tradisional dan lisan. Sehingga ketika muncul mitos dan legenda Angling Dharma dengan sosok yang sangat filantropis, masyarakat terkesan,” terang Mufti.
Baca Juga: Geger Angling Dharma, Ini 6 Kerajaan Baru yang Pernah Mendadak Muncul Bikin Heboh
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.