JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab cuaca panas di Indonesia padahal sudah memasuki musim hujan sejak Oktober kemarin.
Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi menjelaskan, suhu panas akhir-akhir ini di seluruh wilayah Indonesia disebabkan oleh faktor klimatologis.
Secara klimatologis, bulan Oktober dan November adalah periode transisi pergerakan semu matahari dari Equator ke Belahan Bumi Selatan yang mencapai puncak pada 21 Desember di posisi 23,5 Lintang Selatan (Tropic of Capricorn).
Baca Juga: Kenapa Cuaca Indonesia Panas Padahal Musim Hujan? Ini Penjelasan Ilmiah BMKG
Pada November hingga April adalah periode musim hujan di Indonesia khususnya Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.
"Pada periode tersebut juga merupakan periode di mana pergerakan semu matahari bergerak dari equator ke selatan, mulai 21 September - tepat di equator - bergerak ke Lintang Selatan Hingga 23,5 Lintang Selatan pada 21 Desember (puncaknya)," kata Adi dikutip dari Kompas.com.
"Kemudian bergerak lagi ke arah Ekuator untuk terus berlajut ke lintang Utara," sambungnya.
Nah, karena fenomena ini, pada periode tersebut wilayah Indonesia akan mengalami radiasi matahari yang lebih optimal dari bulan-bulan lainya.
"Sehingga kita itu akan merasakan suhu udara lebih panas dari biasanya," terangnya.
Adi menambahkan, hal ini menyebabkan suhu udara di musim hujan ini terasa terik atau panas di siang hari. Namun pada sore hari terjadi mendung dan segera turun hujan.
"Kalangan meteorologist sering menyebutkan bahwa summernya di Indonesia adalah ketika musim hujan," jelasnya.
Dia menyampaikan, hal ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap atmosfer di Indonesia, apalagi menyebabkan fenomena gelombang panas.
Baca Juga: Benarkah Indonesia Alami Gelombang Panas? Simak Penjelasan BMKG
Bukan karena aktivitas Gunung Merapi dan Gelombang Panas
Selain itu, Adi juga membantah cuaca panas dikaitkan dengan aktivitas Gunung Merapi yang siaga dan kabar gelombang panas yang beredar di grup Whatsapp. Kedua informasi tersebut, menurut BMKG, kurang tepat.
Menurut Adi, beberapa hari terakhir wilayah Yogyakarta dan sekitarnya memang tidak hujan. Namun, hal ini bukan karena aktivitas Gunung Merapi.
Dalam beberapa hari terakhir, kondisi cuaca yang cerah membuat tidak ada awan yang menghalangi sinar matahari masuk. Hal inilah yang menyebabkan cuaca terasa gerah dan panas.
Selain bukan karena aktivitas Gunung Merapi, Adi mengatakan, cuaca panas di Indonesia juga bukan karena gelombang panas.
"Enggak bakal ada gelombang panas di Indonesia (saat ini)," jelas Adi.
Baca Juga: Info Berantai soal Indonesia Alami Gelombang Panas Tak Benar, Ini Penjelasan BMKG
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.