Kompas TV lifestyle kesehatan

Epidemiolog Buka Suara soal Vaksin Covid-19 AstraZeneca Timbulkan TTS

Kompas.tv - 1 Mei 2024, 11:43 WIB
epidemiolog-buka-suara-soal-vaksin-covid-19-astrazeneca-timbulkan-tts
Ilustrasi vaksin Covid-19 (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Ade Indra Kusuma | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - AstraZeneca dalam dokumen pengadilan mengakui vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping langka.

Raksasa farmasi tersebut digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksinnya yang dikembangkan bersama University of Oxford menyebabkan kematian dan cedera serius.

Diberitakan The Telegraph, Minggu (28/4/2024), para pengacara berpendapat, vaksin AstraZeneca (AZ) menimbulkan efek samping buruk pada sejumlah kecil keluarga.

Seberapa tinggi risiko TTS akibat vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca? 

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan, thrombosis with thrombocytopenia syndrome atau TTS adalah kondisi langka yang mungkin terjadi setelah vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Mengenal Manfaat Treatment Kecantikan Vampire Facial dan Efek Sampingnya

Menurutnya, sebutan kondisi langka menandakan bahwa masalah kesehatan ini tidak dialami oleh semua penerima vaksin, bahkan sangat jarang terjadi.

"TTS ini terjadi ketika ada pembekuan darah yang tidak biasa, (disebut) trombosis, disertai dengan penurunan jumlah trombosit atau disebut dengan trombositopenia," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/4/2024).

Kondisi pada kasus-kasus tertentu tersebut dapat menyebabkan pembekuan darah yang serius, bahkan mengancam nyawa.

Dicky melanjutkan, terjadinya TTS setelah vaksinasi melibatkan reaksi kekebalan tubuh terhadap vaksin yang disebut dengan sindrom trombositopenia trombotik vaksin atau vaccine-induced immune thrombotic thrombocytopenia (VITT).

VITT terjadi ketika tubuh penerima vaksin menghasilkan antibodi yang menyerang trombosit. Hal ini memicu pembekuan darah tidak biasa yang membahayakan penderita.

"Tentunya dampak risiko TTS pada penerima vaksin AstraZeneca ini bisa serius, meskipun kasusnya langka," kata Dicky.

Di samping itu, manfaat AstraZeneca dalam mencegah Covid-19 dari dulu hingga sekarang dinilai masih jauh lebih besar daripada risikonya.

Hal tersebut membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca. 

Di sisi lain, risiko terjadinya TTS pada orang yang menerima dosis pertama AstraZeneca cenderung kecil, sekitar 8,1 kasus per 1 juta penerima vaksin.

Setelah suntikan dosis kedua, angka risiko menurun menjadi 2,3 kasus per 1 juta penerima vaksin AstraZeneca. Masyarakat yang sempat menerima dosis jenis vaksin ini juga tak perlu khawatir karena risiko efek samping langka akan menurun seiring berjalannya waktu.

"Setelah melewati enam bulan atau satu tahun itu sudah sangat menurun risikonya, jadi jangan khawatir," ucapnya. Meski jarang, menurut Dicky, tetap diperlukan edukasi mengenai gejala-gejala adanya VITT pasca-vaksinasi kepada penerima vaksin AstraZeneca.

Gejala yang dimaksud meliputi sakit perut yang parah, sakit kepala tidak biasa, penglihatan kabur, atau bengkak pada kaki. Tidak hanya itu, Dikcy mengungkapkan, perusahaan farmasi yang bersangkutan tetap perlu memantau dan mengevaluasi vaksin AstraZeneca.

Pengawasan terus-menerus akan bermanfaat dalam aspek keamanan vaksin sekaligus mengurangi risiko TTS dalam jangka panjang.

Baca Juga: Tiga Wanita Tertular HIV usai Jalani Perawatan Wajah "Vampire Facial"

Perusahaan vaksin pun harus terus melakukan riset dan pengembangan guna meningkatkan formulasi vaksin Covid-19 yang kian meminimalkan risiko TTS.

"Kelebihan saat ini adalah seiring waktu pemahaman TTS lebih baik, sehingga pemahaman dan mekanisme VITT setelah vaksinasi AstraZeneca meningkat. Ini bisa membantu pengenalan gejala secara cepat dan dini, serta diagnosis dan manajemen yang jauh lebih efektif," tuturnya.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x