Menurut Komisi Eropa, perdagangan antara AS dan Uni Eropa bernilai sekitar 1,5 triliun dolar AS per tahun, mencakup 30 persen perdagangan global.
Baca Juga: Terungkap, Trump Berniat Beri Sanksi dan Tarif ke Rusia hingga Perdamaian dengan Ukraina Tercapai
Pada 2023, perdagangan barang antara kedua belah pihak mencapai 851 miliar euro (sekitar Rp15.253 triliun), dengan surplus 156 miliar euro (sekitar Rp2.799 triliun) bagi Uni Eropa.
Namun, di sektor jasa, AS justru mencatat surplus 104 miliar euro (sekitar Rp1.866 triliun) terhadap Uni Eropa.
Di dalam negeri Paman Sam, tarif ini diharapkan membantu pabrik baja dan aluminium. Namun, kenaikan harga bahan baku juga berisiko memberatkan produsen yang menggunakan logam sebagai bahan baku utama.
Studi dari Komisi Perdagangan Internasional AS (USITC) menunjukkan, pada 2021, produksi sektor hilir di AS turun 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp57,7 triliun) akibat tarif baja dan aluminium.
Angka ini lebih besar dibandingkan peningkatan produksi 2,3 miliar dolar AS (sekitar Rp38 triliun) yang dinikmati produsen baja dan aluminium di dalam negeri.
Beberapa perusahaan otomotif, seperti Volvo, Volkswagen, dan Honda, mempertimbangkan untuk meningkatkan investasi di AS sebagai respons terhadap kebijakan ini.
Namun, banyak perusahaan lain justru khawatir kenaikan harga bahan baku akan mengurangi keuntungan dan menghambat ekspansi bisnis mereka.
Langkah terbaru Trump semakin memperumit dinamika perdagangan global. Kanada, Meksiko, Brasil, Korea Selatan, dan Jepang merupakan pemasok baja terbesar bagi AS, sementara impor aluminium masih didominasi oleh Kanada.
Jika ketegangan dagang terus meningkat, dampaknya bisa meluas ke sektor lain dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Bagi Uni Eropa, kebijakan ini memperumit strategi perdagangan mereka di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi.
Sementara Trump tetap pada pendiriannya bahwa tarif tinggi akan membawa keuntungan bagi AS.
Baca Juga: China Ledek Trump Kembalikan Hukum Rimba, Tantang AS atas Kenaikan Tarif
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.