Seorang psikolog di Kyiv, Lena Herasymenko, mengatakan bahwa kompromi memang diperlukan, tetapi harus dalam batas yang wajar.
"Kami mengalami banyak kehilangan dalam perang ini, dan kami belum tahu berapa banyak lagi yang harus kami alami," kata dia.
Sementara itu, seorang tentara Ukraina bernama Oleksandr menilai gencatan senjata hanya akan memberi Rusia waktu untuk memperkuat pasukan dan kembali menyerang di kemudian hari.
Hingga kini, Kremlin belum memberikan tanggapan resmi terhadap tawaran gencatan senjata tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, hanya mengatakan bahwa pembicaraan dengan AS mungkin akan berlangsung pekan ini.
Namun, di dalam negeri, beberapa politisi dan tokoh garis keras Rusia menentang keras gencatan senjata. Mereka menilai bahwa kesepakatan semacam itu hanya akan menguntungkan Ukraina.
Alexander Dugin, seorang ideolog nasionalis Rusia, menulis dalam media sosialnya, "Gencatan senjata bukanlah yang kita butuhkan."
Sementara itu, Viktor Sobolev, pensiunan jenderal yang kini duduk di parlemen Rusia, memperingatkan bahwa penghentian pertempuran selama sebulan hanya akan memberi Ukraina kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak senjata dari Barat.
Baca Juga: Serangan Drone Terbesar Ukraina ke Rusia Jelang Pembicaraan Kunci dengan AS
Sementara perundingan berlangsung di Arab Saudi, pertempuran di medan perang masih terus berkecamuk.
Rusia baru saja menembak jatuh lebih dari 300 drone Ukraina dalam serangan terbesar sejak invasi skala penuh pada 2022.
Di sisi lain, Ukraina juga mengalami serangan besar-besaran dari Rusia. Menurut Angkatan Udara Ukraina, Rusia meluncurkan 126 drone dan sebuah rudal balistik dalam serangan yang menargetkan area sipil.
Di garis depan, pasukan Rusia terus melakukan serangan di berbagai titik, terutama di wilayah Donetsk.
Meskipun menghadapi tekanan, Ukraina tetap bertahan dan terus mengembangkan industri senjatanya, termasuk produksi drone berteknologi tinggi yang telah mencapai wilayah Rusia.
Meskipun AS berharap kesepakatan bisa dicapai dalam waktu dekat, tantangan besar masih membayangi negosiasi ini. Ukraina dan Rusia memiliki perbedaan tuntutan yang signifikan.
Rusia tetap bersikeras agar Ukraina melepaskan keinginannya bergabung dengan NATO dan mengakui wilayah yang saat ini dikuasai Moskwa sebagai bagian dari Rusia.
Presiden Putin menegaskan bahwa Moskow menginginkan penyelesaian menyeluruh, bukan hanya gencatan senjata sementara.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.