Kompas TV internasional kompas dunia

AS Kembali Beri Bantuan Militer, Ukraina Buka Peluang Gencatan Senjata 30 Hari

Kompas.tv - 12 Maret 2025, 10:44 WIB
as-kembali-beri-bantuan-militer-ukraina-buka-peluang-gencatan-senjata-30-hari
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina, Dari kiri, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, dan Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov berpose untuk foto setelah bertemu di Jeddah, Arab Saudi, Selasa, 11 Maret 2025. (Sumber: Kantor Pers Kepresidenan Ukraina via AP)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Vyara Lestari

JEDDAH, KOMPAS.TV — Pemerintah Amerika Serikat mencabut penangguhan bantuan militer dan berbagi intelijen untuk Ukraina, sementara Kyiv menyatakan kesiapan untuk melakukan gencatan senjata selama 30 hari. Keputusan ini menandai perubahan sikap Washington yang sebelumnya menekan Ukraina agar berunding dengan Rusia guna mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak 2022.  

Langkah ini diumumkan setelah pertemuan antara pejabat tinggi AS dan Ukraina di Jeddah, Arab Saudi, pada Selasa (11/3/2025). 

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang memimpin delegasi Washington mengatakan bahwa proposal gencatan senjata dari Ukraina akan disampaikan kepada Rusia.  

Baca Juga: AS Sebut Ukraina Siap Penuhi Tuntutan Trump untuk Gencatan Senjata dengan Rusia

"Kami akan memberi tahu mereka bahwa ini adalah tawaran yang ada di meja. Ukraina siap berhenti menembak dan mulai berbicara," kata Rubio dikutip dari Associated Press.

"Sekarang, semuanya tergantung pada Rusia apakah mereka mau menerima atau tidak," imbuhnya.

Sikap ini bertolak belakang dari kebijakan AS pekan lalu yang sempat menangguhkan bantuan sebagai bentuk tekanan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy agar lebih terbuka dalam negosiasi.  

Dukungan AS dan Keinginan Perdamaian 

Selain mencabut penangguhan bantuan, AS juga menegaskan dukungannya terhadap Ukraina.

Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz menyatakan bahwa delegasi Ukraina menegaskan kesamaan visi dengan Presiden Donald Trump dalam upaya mencapai perdamaian.  

Waltz menyebut, sekarang telah memasuki "pembicaraan substansial mengenai bagaimana perang ini bisa berakhir secara permanen, termasuk jaminan keamanan jangka panjang."

Dalam pernyataan terpisah, Presiden Trump menyatakan harapannya agar kesepakatan bisa dicapai dalam beberapa hari ke depan. 

Namun, ia juga mengungkapkan bahwa proses negosiasi dengan Rusia sejauh ini lebih mudah dibandingkan dengan Ukraina.  

Ukraina yang Hati-Hati dalam Berunding

Presiden Zelenskyy dalam pidatonya menegaskan bahwa Ukraina selalu berkomitmen terhadap perdamaian sejak awal perang.  

Baca Juga: Ukraina Ajukan Gencatan Senjata Terbatas dengan Rusia dalam Pembicaraan dengan AS di Arab Saudi

"Sikap kami sangat jelas: Ukraina telah mengupayakan perdamaian sejak detik pertama perang ini dimulai," ujar Zelenskyy.  

Di Kyiv, reaksi terhadap usulan gencatan senjata bervariasi. Sebagian warga melihatnya sebagai langkah yang diperlukan untuk mengurangi penderitaan, sementara sebagian lainnya tetap skeptis.  

Seorang psikolog di Kyiv, Lena Herasymenko, mengatakan bahwa kompromi memang diperlukan, tetapi harus dalam batas yang wajar.  

"Kami mengalami banyak kehilangan dalam perang ini, dan kami belum tahu berapa banyak lagi yang harus kami alami," kata dia.

Sementara itu, seorang tentara Ukraina bernama Oleksandr menilai gencatan senjata hanya akan memberi Rusia waktu untuk memperkuat pasukan dan kembali menyerang di kemudian hari.  

Hingga kini, Kremlin belum memberikan tanggapan resmi terhadap tawaran gencatan senjata tersebut. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, hanya mengatakan bahwa pembicaraan dengan AS mungkin akan berlangsung pekan ini.  

Namun, di dalam negeri, beberapa politisi dan tokoh garis keras Rusia menentang keras gencatan senjata. Mereka menilai bahwa kesepakatan semacam itu hanya akan menguntungkan Ukraina.  

Alexander Dugin, seorang ideolog nasionalis Rusia, menulis dalam media sosialnya, "Gencatan senjata bukanlah yang kita butuhkan."

Sementara itu, Viktor Sobolev, pensiunan jenderal yang kini duduk di parlemen Rusia, memperingatkan bahwa penghentian pertempuran selama sebulan hanya akan memberi Ukraina kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak senjata dari Barat.  

Baca Juga: Serangan Drone Terbesar Ukraina ke Rusia Jelang Pembicaraan Kunci dengan AS

Situasi Terkini di Medan Perang

Sementara perundingan berlangsung di Arab Saudi, pertempuran di medan perang masih terus berkecamuk. 

Rusia baru saja menembak jatuh lebih dari 300 drone Ukraina dalam serangan terbesar sejak invasi skala penuh pada 2022.  

Di sisi lain, Ukraina juga mengalami serangan besar-besaran dari Rusia. Menurut Angkatan Udara Ukraina, Rusia meluncurkan 126 drone dan sebuah rudal balistik dalam serangan yang menargetkan area sipil.  

Di garis depan, pasukan Rusia terus melakukan serangan di berbagai titik, terutama di wilayah Donetsk. 

Meskipun menghadapi tekanan, Ukraina tetap bertahan dan terus mengembangkan industri senjatanya, termasuk produksi drone berteknologi tinggi yang telah mencapai wilayah Rusia.    

Meskipun AS berharap kesepakatan bisa dicapai dalam waktu dekat, tantangan besar masih membayangi negosiasi ini. Ukraina dan Rusia memiliki perbedaan tuntutan yang signifikan. 

Rusia tetap bersikeras agar Ukraina melepaskan keinginannya bergabung dengan NATO dan mengakui wilayah yang saat ini dikuasai Moskwa sebagai bagian dari Rusia.  

Presiden Putin menegaskan bahwa Moskow menginginkan penyelesaian menyeluruh, bukan hanya gencatan senjata sementara.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Associated Press

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x