PYONGYANG, KOMPAS.TV - Korea Utara akhirnya bereaksi atas darurat militer di Korea Selatan yang terjadi baru-baru ini.
Media Korea Utara KCNA, bahkan menyebut Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol telah melakukan aksi kediktatoran terhadap rakyatnya sendiri.
Pernyataan yang terkesan ironis itu, mengingat kediktatoran Kim Jong-un di Korea Utara, diungkapkan oleh KCNA, Rabu (11/12/2024).
Baca Juga: Reaksi Barat Usai Israel Manfaatkan Jatuhnya Rezim Assad dengan Duduki Wilayah Suriah di Golan
Ini menjadi pernyataan pertama rezim Kim Jong-un secara terbuka setelah upaya Presiden Yoon Suk-yeol berupaya menerapkan darurat militer.
Yoon Suk-yeol sendiri berargumen upaya darurat militer itu dilakukan untuk memurnikan pemerintahannya dari simpatisan Korea Utara.
“Sang boneka Yoon Suk-yeol, yang telah menghadapi krisis serius dari pemerintahan dan pemakzulan, mengumumkan darurat militer secara tak terduhga dan melepaskan senjata dari kediktatorn fasis terhadap rakyatnya,” ungkap KCNA dikutip dari The Guardian.
Mereka juga mengambarkan Yoon Suk-yeol melakukan aksi gila, dan menyebut negara tetangganya itu sebagai negara gangster.
Perintah Yoon Suk-yeol untuk darurat militer hanya berlaku selama 6 jam, sebelum dianulir oleh parlemen.
Ia pun terancam dimakzulkan karena tindakannya tersebut membuat Korea Selatan dalam kekisruhan.
Korea Utara sendiri setelah didirikan pada 1948, dipimpin oleh tiga generasi dinasti Kim.
Secara luas rezim itu disebut sebagai salah satu yang paling otoriter di dunia.
Masyarakat Korea Utara dipaksa menunjukkan loyalitas absolut terhadap pemimpin saat ini, Kim Jong-un, atau menghadapi ancaman kerja paksa.
Korea Utara di masa lalu kerap disebut sebagai negara mafia, atau negara gangster.
Namun berdasarkan lapora PBB yang dipublikasikan Februari lalu, di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, Korea Utara telah membangun kemampuan perang siber.
Baca Juga: Pemberontak Suriah Hancurkan dan Bakar Makam Ayah Presiden Bashar Al-Assad
Bahkan dilaporkan telah memberikan keuntungan sekitar USD3 miliar atau setara Rp47 triliun pada 2023.
Kebanyakan warga Korea Utara hidup dalam kemiskinan dan menderita malnutrisi, terepas dari para elit politik di Pyongyang.
Kim Jong-un sendiri lebih sering membiayai pengembangan rudal balistik dan senjata nuklirnya.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.