BUTLER, KOMPAS.TV - Dua pria yang tertembak dalam percobaan pembunuhan Donald Trump pada Juli lalu mengatakan, Dinas Rahasia atau Secret Service Amerika Serikat (AS) telah lalai dalam melindungi mantan dan calon presiden (capres) AS tersebut.
Mereka juga mengatakan Secret Service gagal melindungi penonton yang hadir dalam kampanye Trump di Pennsylvania pada 13 Juli lalu, di mana peristiwa tersebut terjadi.
David Dutch, 57, mantan Marinir, dan James Copenhaver, 74, pensiunan manajer toko minuman keras, mengatakan kepada NBC News dalam wawancara eksklusif pada Senin (14/10/2024), mereka gembira bisa duduk di bangku penonton di belakang capres dari Partai Republik itu.
Namun kegembiraan itu seketika sirna saat terdengar suara tembakan dan mereka pun ikut tertembak.
Baca Juga: Donald Trump Kembali Kampanye di Tempatnya Hampir Tewas Tertembak, Begini Katanya
Selain mereka berdua, Corey Comperatore, 50, bahkan tewas dalam penembakan salah sasaran itu, ketika mencoba melindungi keluarganya. Sedangkan Trump terluka di bagian telinga.
Wawancara dengan dua pria Pennsylvania yang terluka parah itu menandai pernyataan publik pertama mereka sejak Thomas Matthew Crooks, 20 tahun, dari Bethel Park, Pennsylvania, melepaskan tembakan pada Juli lalu. Ia kemudian ditembak mati oleh penembak jitu.
"Rasanya seperti dipukul dengan palu godam tepat di dada," kata Dutch, yang bertugas di Desert Shield dan Desert Storm selama masa tugasnya bersama Marinir dari 1986 hingga 1992.
Ia mengatakan ia dapat melihat potongan-potongan tribune dan logam beterbangan di sekitarnya ketika penembakan berhenti. Dutch mengatakan ia masih marah karena seluruh situasi itu terjadi.
“Itu seharusnya tidak pernah terjadi," ujarnya kepada NBC News.
Pengacara kedua pria itu mengatakan mereka sedang menyelidiki kemungkinan litigasi atas apa yang mereka anggap sebagai kelalaian Secret Service.
Baca Juga: Selain Donald Trump, Berikut Daftar Presiden Amerika yang Menjadi Target Pembunuhan
"Itu tidak akan terjadi, jika (situasinya) aman," kata Copenhaver, seperti dikutip dari The Associated Press.
Kimberly Cheatle, direktur Secret Service saat itu, menyebut upaya pembunuhan Trump di pawai Pennsylvania sebagai "kegagalan operasional paling signifikan" bagi Secret Service dalam beberapa dekade.
Ia pun kemudian mengundurkan diri setelah anggota parlemen menyerukan pengunduran dirinya.
Sementara Trump telah kembali berkampanye pada awal bulan ini ke arena pameran Pennsylvania tempat ia hampir dibunuh pada Juli lalu.
Ia mendesak masyarakat untuk memilihnya pada Hari Pemilihan pada November mendatang.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.