Sejak Hamas melancarkan perang pada 7 Oktober, invasi balasan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 95.000 orang.
Serangan udara dan darat yang intens selama berbulan-bulan telah meluluhlantakkan seluruh blok perumahan menjadi rata dengan tanah.
Bahkan menurut para peneliti yang mempelajari citra satelit, memperkirakan hampir 60% bangunan di Jalur Gaza kemungkinan telah rusak sejak dimulainya perang.
Adapun pihak Israel berikrar akan menghancurkan Hamas setelah peristiwa 7 Oktober, ketika militan Palestina membunuh sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang lainnya.
Meskipun telah terbatas ruang geraknya, namun kelompok militan yang didukung oleh Iran itu tetap berkuasa hingga kini.
Baca Juga: AS Kirim Lebih Banyak Tentara ke Timur Tengah saat Gempuran Israel ke Hizbullah Makin Sengit
Pihak Pemerintah Israel mengatakan, sekitar 70 dari 100 sandera diduga masih hidup. Keluarga mereka khawatir fokus pemerintah untuk mengakhiri perang akan memudar.
"Kekhawatiran terbesar saya adalah semua perhatian publik dan perhatian dunia akan beralih ke utara," kata Udi Goren, kerabat Tal Haimi, seorang warga Israel yang terbunuh pada 7 Oktober dan jenazahnya dibawa ke Gaza.
"Akhirnya para sandera akan dibiarkan begitu saja tanpa ada yang membawa mereka keluar," ungkapnya.
Karena ancaman perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah meningkat, Israel telah menarik pasukannya di Gaza untuk memindahkan unit-unit penting ke perbatasan utaranya dengan Lebanon.
Namun, ribuan tentara masih berada di Gaza, melakukan penggerebekan sporadis dan mencegah warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah.
Serangan harian juga terus berlanjut di Gaza. Serangan Israel terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan di Gaza utara pada hari Sabtu menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai 30 lainnya, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.