GAZA, KOMPAS TV – Di tengah kerasnya kehidupan di Gaza, Medo Halimy, seorang bintang TikTok berusia 19 tahun, menjadi saksi hidup yang membagikan realita kehidupan di bawah pengepungan dan pembantaian warga sipil Gaza. Impian dan harapannya terhenti secara tragis saat dirinya menjadi korban serangan udara Israel pada Senin 26 Agustus 2024 lalu.
Hari itu, seperti biasanya, Halimy melangkah menuju "warnet" favoritnya, yang sebenarnya hanyalah sebuah tenda ber-Wi-Fi di mana warga Gaza yang terpaksa mengungsi bisa tetap terhubung dengan dunia luar.
Di sana, ia bertemu dengan sahabat dan rekan kreatifnya, Talal Murad, yang juga menjadi korban dari kekerasan yang tak pernah berhenti di Gaza.
Mereka sempat mengambil swafoto bersama dan mengunggahnya di Instagram dengan caption, "Akhirnya Bertemu Lagi." Namun, hanya beberapa saat kemudian, kilatan cahaya putih menyilaukan disusul ledakan hebat mengguncang tempat mereka berdiri.
Murad merasakan sakit di lehernya, sementara Halimy tergeletak dengan luka parah di kepala. Sebuah mobil di jalan pesisir di depan mereka terbakar, menjadi sasaran serangan udara Israel. Sepuluh menit kemudian, sebuah ambulans tiba di lokasi. Beberapa jam kemudian, dokter menyatakan Halimy meninggal dunia.
"Dia membawa pesan bagi kita semua," ujar Murad Jumat lalu, masih dalam pemulihan dari luka-lukanya akibat serpihan ledakan dan terpukul oleh kehilangan sahabatnya. "Dia adalah simbol harapan dan kekuatan."
Militer Israel menyatakan tidak mengetahui serangan yang menewaskan Halimy.
Baca Juga: Capres AS Kamala Harris Tegaskan Tidak Akan Ada Embargo Senjata untuk Israel
Pujian dan penghormatan bagi Halimy terus mengalir, termasuk dari teman-temannya di Harker Heights, Texas, Amerika Serikat, tempat Halimy menghabiskan satu tahun pada 2021 dalam program pertukaran pelajar yang disponsori oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
"Medo adalah nyawa setiap pertemuan, penuh humor, kebaikan, dan kecerdasan, hal-hal yang tak akan pernah terlupakan," kata Heba al-Saidi, koordinator alumni program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study. "Dia memiliki potensi besar, tapi hidupnya direnggut terlalu cepat."
Kematian Halimy juga memicu gelombang kesedihan di media sosial, di mana para pengikutnya mengungkapkan duka dan keterkejutan seolah mereka juga kehilangan seorang teman dekat.
Perang antara Israel dan Hamas telah membunuh hampir dari 41.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Perang ini juga telah menciptakan bencana kemanusiaan yang mengubah banyak remaja biasa menjadi wartawan perang di era media sosial.
"Kami bekerja bersama, ini adalah bentuk perlawanan yang ingin aku lanjutkan," kata Murad, yang berkolaborasi dengan Halimy dalam akun Instagram "The Gazan Experience," yang menjawab pertanyaan dari pengikut di seluruh dunia tentang kehidupan mereka di Gaza, yang sulit diakses oleh jurnalis asing.
Halimy memulai akun TikTok-nya setelah ia mengungsi bersama keluarganya di Muwasi, sebuah daerah pesisir di selatan yang ditetapkan Israel sebagai zona aman kemanusiaan. Mereka melarikan diri dari invasi Israel di Kota Gaza menuju Khan Younis sebelum akhirnya mencari perlindungan lagi di kamp pengungsi yang berdebu.
Baca Juga: Israel Umumkan Pengusiran Warga Palestina dari Tepi Barat Bagian Utara, Mirip dengan Langkah di Gaza
Serangan balasan Israel yang brutal menghasilkan banjir gambar yang sudah terlalu sering dilihat oleh penonton di seluruh dunia: bangunan yang hancur, tubuh-tubuh perempuan, lansia, anak-anak dan bayi Gaza yang tercerai berai, dan lorong-lorong rumah sakit yang kacau penuh darah dan potongan tubuh.
Namun, konten Halimy "menjadi kejutan," kata temannya, Helmi Hirez, yang berusia 19 tahun. Dengan kameranya, Halimy merekam detail sehari-hari kehidupannya di Gaza, mengungkapkan rutinitas yang membosankan yang seringkali diabaikan oleh liputan berita tentang perang.
"Jika kalian ingin tahu seperti apa hidup di tenda, ayo ikut aku, akan kutunjukkan bagaimana aku menghabiskan hari-hariku," kata Halimy dalam salah satu video "tent life" pertamanya yang direkam dari kamp pengungsian itu.
Ia merekam dirinya menjalani hari-harinya: menunggu dengan gelisah dalam antrian panjang untuk air minum, mandi dengan toples dan ember ("tentu saja tidak ada sampo atau sabun"), mencari bahan-bahan untuk membuat baba ganoush, hidangan terong khas Timur Tengah yang berasap ("Mama mia!" ia terkagum-kagum dengan hasil masakannya), dan menjadi sangat bosan ("kemudian aku kembali ke tenda, dan tidak melakukan apa-apa").
Ratusan ribu orang di seluruh dunia terpesona. Videonya menjadi viral, beberapa mencapai lebih dari 2 juta penonton di TikTok.
Baca Juga: Agresi Israel Picu Epidemi Polio di Gaza, Jutaan Vaksin Disiapkan
Bahkan ketika menceritakan tragedi (neneknya meninggal, ia sebutkan dalam salah satu video, sebagian besar karena kekurangan obat-obatan dan peralatan medis yang akut di Gaza) atau merasa khawatir akan pengeboman Israel, teman-teman Halimy mengatakan bahwa ia menemukan pelipur lara dalam menyalurkan kesedihan dan kecemasannya melalui humor yang sarkastik.
"Sangat mengganggu," katanya sambil menggelengkan kepala saat dengungan drone Israel menginterupsi salah satu video resep makanan yang dia siarkan di akun TikTok-nya.
"Seperti yang kalian lihat, transportasi di sini bukan bintang lima," katanya saat terjepit di antara pria-pria di sebuah truk bak terbuka menuju kota terdekat, Deir al-Balah.
"Kami terus bermain, bagaimanapun," katanya tentang permainan Monopoli-nya, saat suara proyektil Israel menggemuruh di atasnya dan teman-temannya. "Ngomong-ngomong, aku kalah."
Dalam video terakhirnya, yang diposting beberapa jam sebelum ia terbunuh, Halimy merekam dirinya sedang mencoret-coret di sebuah buku catatan, halamannya dipenuhi dengan bar-bar sensor hitam misterius.
"Aku mulai mendesain proyek rahasiaku yang baru," kata Halimy sambil nyengir dari tenda kafe yang kemudian akan dihantam serangan, dengan nada yang selalu ia gunakan, setengah bercanda, setengah serius.
Sumber : Associated Press/Instagram - Medo Halimy
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.