GAZA, KOMPAS.TV - Serangan udara Israel yang membunuh lebih dari 100 orang di sekolah Al-Tabin, Kota Gaza, Sabtu (10/8/2024), membuat Amerika Serikat (AS) kembali didesak mengakhiri dukungannya kepada Tel Aviv.
Dukungan Gedung Putih dalam bentuk pengiriman senjata dan perlindungan diplomatik dinilai menjadi bahan bakar aksi brutal Israel di Palestina.
Salah satu bom yang digunakan Israel untuk membantai pengungsi di Al-Tabin pun dilaporkan sebagai bom kiriman AS.
Melalui rekaman kejadian, CNN mengidentifikasi salah satu bom yang digunakan Israel dalam serangan tersebut adalah bom diameter kecil GBU-39 yang diproduksi AS.
Baca Juga: Israel Mengebom Sekolah di Gaza Timur Saat Pengungsi Salat Subuh, 100 Warga Palestina Tewas
"AS dan sekutu-sekutunya mengeklaim gencatan senjata sudah dekat. Namun, yang dilihat masyarakat Palestina adalah lebih banyak kematian, pengungsian, dan keputusasaan. Genosida ini terus berlanjut," kata presiden organisasi Arab American Institute, James Zogby, dikutip Al Jazeera.
"Sudah terlambat untuk menghentikan sandiwara ini. Israel tidak ingin perdamaian atau gencatan senjata. Kenapa kita (AS) masih mengirim senjata ke Israel?"
Presiden AS Joe Biden telah menghadapi tekanan untuk mengakhiri bantuan militer ke Israel selama beberapa bulan belakangan.
Namun, Biden tetap mengirimkan senjata ke Israel dan mengesahkan bantuan tambahan senilai 14 miliar dolar AS pada awal 2024.
Berbagai organisasi pun telah mendokumentasikan penggunaan senjata AS oleh Israel yang melanggar hukum internasional dan "inkonsisten dengan hukum dan kebijakan AS."
Serangan ke sekolah Al-Tabin menuai kecaman internasional karena menghantam masyarakat Palestina yang sedang mengungsi.
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.