TOKYO, KOMPAS.TV - Jepang baru saja mengeluarkan peringatan pertama tentang peningkatan risiko terjadinya mega gempa atau megaquake setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,1 mengguncang area tepi zona seismik di sepanjang pantai Pasifik yang dikenal sebagai Palung Nankai pada Kamis (8/8/2024) lalu.
Jika gempa dahsyat dan tsunami terjadi di Palung Nankai, dampaknya bisa sangat besar: ratusan ribu nyawa bisa melayang, kerugian ekonomi bisa triliunan dollar.
Berikut penjelasan mengenai risiko dari potensi bencana alam terbesar dalam sejarah modern Jepang seperti dikutip Straits Times, Sabtu (10/8/2024).
Apa Risiko Terbaru dari Mega Gempa Ini?
Panel penasihat gempa di Badan Meteorologi Jepang menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya gempa yang lebih besar setelah gempa berkekuatan M7 ini lebih tinggi daripada biasanya, meskipun tetap jarang terjadi. Gempa dengan kekuatan lebih dari M8 biasanya dianggap sebagai mega gempa atau megaquake.
Jepang memperkirakan bahwa mega gempa di Palung Nankai berikutnya bisa mencapai kekuatan sebesar M9,1.
Profesor Naoshi Hirata dari Universitas Tokyo, yang juga mengetuai panel tersebut, mengatakan dalam konferensi pers bahwa "penduduk di wilayah yang mungkin terkena dampak bencana ini harus meninjau kembali prosedur evakuasi dan tetap waspada selama seminggu."
Jepang adalah salah satu negara paling rawan gempa di dunia karena letaknya di Cincin Api Pasifik, yakni lengkungan gunung berapi dan palung laut. Pada tahun 2011, lebih dari 15.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan M9 di timur laut Jepang yang memicu tsunami dan kebocoran nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir.
Baca Juga: Jepang Dilanda Gempa M7,1, Warga Diimbau Waspadai Gempa Lebih Besar, Bisa Terjadi dalam Waktu Dekat
Apa Itu Palung Nankai dan Mengapa Penting?
Palung Nankai terletak di lepas pantai barat daya Jepang dan membentang sepanjang sekitar 900 km, di mana Lempeng Laut Filipina bergerak di bawah Lempeng Eurasia. Penumpukan tekanan tektonik di sini bisa mengakibatkan mega gempa yang terjadi setiap sekitar 100 hingga 150 tahun.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.