Safieddine menambahkan bahwa serangan-serangan ini telah menyebabkan banyak korban, meskipun tidak selalu diakui oleh pihak Israel.
“Musuh terkadang mengakui serangan ini dan terkadang tidak, tetapi yang pasti ada banyak korban,” imbuhnya.
Di pihak lain, upaya diplomatik terus dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis untuk mencegah konflik ini meluas menjadi perang besar. Pejabat tinggi AS dan Prancis bertemu di Paris untuk mencari solusi damai.
Washington awalnya berharap dapat meredakan ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel secara terpisah dari konflik di Gaza.
Namun, dengan eskalasi yang terus berlanjut, AS sekarang mengaitkan upaya perdamaian di Gaza dengan stabilitas di Lebanon dan Israel utara.
Konflik ini telah memaksa puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan untuk mengungsi. Di Israel utara, 16 tentara dan 11 warga sipil telah tewas.
Sementara itu, di Lebanon, lebih dari 450 orang—kebanyakan kombatan, namun juga puluhan warga sipil—telah kehilangan nyawa mereka.
Hizbullah menyatakan serangan mereka sebagai solidaritas dengan Hamas yang juga tengah berperang dengan Israel di Gaza sejak 7 Oktober lalu.
Hizbullah menegaskan bahwa mereka akan menghentikan serangan jika ada gencatan senjata di Gaza. Meskipun tidak menginginkan perang, mereka menyatakan siap jika konflik berlanjut.
Baca Juga: Tujuh Negara Perintahkan Warganya Tinggalkan Lebanon, Perang Makin Dekat antara Hizbullah dan Israel
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.